Asam Segar Sajian Legenda Semarang
DARI warung tenda itu, kepulan asap dengan aroma rempah yang nikmat menguar. Seorang pramusaji kemudian menuangkan kuah pekat yang juga berisi cabai merah dan hijau, juga potongan tomat hijau. Selain itu, ke dalam wadah saji dimasukkan potongan-potongan daging yang merupakan isi utama masakan itu. Belum dicicip pun rasa nikmat, gurih, dan segar sudah terbayang.
Itulah masakan Asem-Asem Koh Liem yang menjadi terkenal sebagai salah satunya kuliner legendaris di SemarangJawa Tengah. Namun, kali ini Media Indonesia bukan menikmati langsung di kota kelahirannya, melainkan pada festival kuliner Kampoeng Legenda yang berlangsung di Mal Ciputra, Jakarta. Asem-Asem Koh Liem yang berdiri sejak 1978 menjadi satu dari 55 penyewa yang mengisi competition yang berlangsung 7-18 Agustus 2024 itu.
“Awal mula Asem-Asem Koh Liem ini dari kaki lima, sampai akhirnya hidangan ini mulai populer gara-gara almarhum Ahmad Rafiq (aktor dan penyanyi) yang kerap datang ke tempat kami. Dari sana makin banyak yang datang ke tempat kami dan sampai sekarang sudah bisa punya dua warung sendiri,” tutur generasi ketiga dari pemilik warung Asem-Asem Koh Liem, Eko Utomo, di Jakarta, Kamis (8/8), kepada Media Indonesia.
Baca juga: Kawasan Kemayoran akan Dikembangkan Jadi Pusat Kuliner
Disajikan sederhana di atas mangkuk kertassekilas hidangan itu mengingatkan pada rawon yang juga berkuah hitam dan berisi daging. Namun, kehadiran cabai yang cukup berlimpah dan tomat hijau menghadirkan cita rasa yang sangat berbeda dari rawon, yakni karena cita rasa asam. Bahkan, tanpa mengigit tomat, rasa asam juga sudah ada di dalam kuahnya.
Eko menyebut hal itu berkat kehadiran asam jawa. Satu bahan lain yang menjadi tiga serangkai pencipta cita rasam asam ialah belimbing wuluh. Soal bumbu yang lain, Eko menyebut sebagai rahasia dapur. “Kami punya bumbu rempah sendiri yang kami olah sendiri dan tidak ada orang lain yang tahu, ini resepnya rahasia. Bumbu itulah yang kemudian membedakan hidangan asam-asam daging kami berbeda dengan yang lain,” tutur Eko.
Dalam semangkuk asam-asam itu, irisan cabai merah diberi dalam ukuran cukup besar, tetapi dapat dikatakan tetap aman dimakan bagi yang tidak menyukai pedas. Di sisi lain, meski memiliki warna hitam pekat seperti kecap, rasa manisnya tidak dominan.
Baca juga: Aktivitas Ekonomi Sektor Kuliner Terus Tumbuh di Tangsel
Dibanderol dengan harga Rp60 ribu according to porsi (harga di Semarang), hidangan asam-asam daging Koh Liem dapat dikatakan tidak pelit, potongan daging sapi yang dimasukkan dalam seporsi hidangan cukup banyak. Daging pun memiliki tekstur yang lembut dan tidak alot, menambah kenikmatan saat menyantap hidangan.
Bandeng kuah asam
Baca juga: Festival Kuliner Hadir di Kelenteng Sam Poo Kong
Hidangan andalan lain yang dimiliki Eko ialah bandeng kuah asam yang dibanderol dengan harga Rp50 ribu. Dalam hidangan tersebut, kuah yang dipakai sama dengan yang ada pada hidangan daging.
“Kalau orang makan bandeng itu biasanya, kan, ada durinya dan itu ganggu, ya. Nah, punya kita enggak ada durinya, sudah hancur, sudah lunak banget,” jelas Eko.
Kuah yang asam nyatanya juga cocok dipadukan dengan bandeng. Cita rasa gurih ikan menyajikan paduan yang berbeda, tapi tetap segar seperti juga dengan isian daging.
Baca juga: Kampung Wujil Ramadan Kembali Sajikan Lebih dari 100 Kuliner Nusantara dan Grand Prize Honda Beat
Di tempat asalnya di Jalan Karang Anyar atau di Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan, Kota Semarang, Asem-Asem Koh Liem juga memiliki belasan hidangan lain, seperti udang goreng mentega, ayam goreng mentega, jeroan goreng mentega, bandeng sarden, Capcay, hingga Cumi-Cumi Mentega. Hidangan itu pun di bandrol dengan harga mulai Rp45 ribu-Rp75 ribu. (M-1)