Dampak Perubahan Iklim, Sektor Pertanian di Sumut Terancam

Dampak Perubahan Iklim, Sektor Pertanian di Sumut Terancam


Dampak Perubahan Iklim, Sektor Pertanian di Sumut Terancam
(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

DAMPAK perubahan iklim kian nyata dialami Povinsi Sumatra Utara hingga mengalami peningkatan suhu hampir 1 derajat celsius hanya dalam kurun waktu 70 tahun terakhir. Hal itu pun mengancam sektor pertanian Dan perkebunan.

“Ada peningkatan suhu rata-rata di Sumut sebesar 0,13 derajat celsius in line with 10 tahun,” ungkap Penjabat Gubernut Sumut, Agus Fatoni, Selasa (27/8).

Peningkatan suhu rata-rata itu, jelasnya, berdasarkan hasil pengamatan historis BMKG selama kurun waktu 1951 hingga 2021. Itu artinya, Sumut
mengalami peningkatan suhu hampir satu derajat, persisnya 0,91 derajat celsius selama 70 tahun.

Baca juga: Fenomena La Nina Ancam Produksi Pertanian Indonesia Tahun Depan

Agus memastikan perubahan iklim tersebut merupakan tanda-tanda pemanasan international yang sudah menerpa wilayahnya. Ini menjadi tantangan besar yang dihadapi, khususnya di sektor pertanian dan perkebunan.

Perubahan iklim ini akan berdampak pada ketidakpastian ketersediaan air yang pasti akan memengaruhi kebutuhan manusia, plants, fauna, pertanian, dan perkebunan serta ekosistem alam secara keseluruhan.

Khusus sektor pertanian dan perkebunan, dampaknya juga akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman dan infrastruktur perkebunan serta meningkatnya serangan hama dan penyakit.

Baca juga: Perubahan Iklim Munculkan Ancaman Krisis di Sektor Pertanian

Padahal bagi Sumut, perkebunan merupakan sektor yang sangat penting karena menjadi salah satu tulang punggung perekonomian. Terutama perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, coklat, dan teh.

Sampai dengan 2023, luas tanaman komoditas kelapa sawit di Sumut mencapai sekitar 1.353.515 hektare. Luasan tanaman itu mampu menghasilkan 5.453.030 ton sawit in line with tahun.

Karena itu, menurutnya sangat penting untuk meningkatkan kesadaran berbagai pihak terkait dalam mengelola pembangunan yang adaptif terhadap perubahan iklim dan pemanasan international.

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir merupakan periode tahun terpanas sepanjang sejarah. Yang mana selama kurun waktu itu, 2023 menjadi tahun yang terpanas.

BMKG juga memastikan perubahan distribusi curah hujan berpotensi mengganggu ketersediaan air bagi tanaman pertanian dan perkebunan. Untuk itu, saat ini BMKG gencar mendorong kerja sama dengan seluruh entitas pertanian dan perkebunan dalam pengembangan layanan informasi iklim, termasuk di Sumut. (YP/J-3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *