Operasi Modifikasi Cuaca Mampu Tekan Kerugian Negara Akibat Dampak Perubahan Iklim

Operasi Modifikasi Cuaca Mampu Tekan Kerugian Negara Akibat Dampak Perubahan Iklim


Operasi Modifikasi Cuaca Mampu Tekan Kerugian Negara Akibat Dampak Perubahan Iklim
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dengan menggunakan pesawat NC-212i Cassa di kawasan udara Kalimantan Tengah, Selasa (9/7/2024).(ANTARA/AULIYA RAHMAN )

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengusulkan agar operasi modifikasi cuaca (OMC) menjadi operasi yang dilakukan rutin. Hal itu mengingat adanya perubahan iklim semakin membuat kondisi cuaca ekstrem dan tak menentu. Adanya OMC, menurut Dwikorita dapat mengurangi kerugian akibat dampak cuaca saat ini.

“Sebelum dampak perubahan iklim semakin intensif, modifikasi cuaca ini merupakan kegiatan yang sifatnya insidental, kalau diprediksi akan ada bencana, baru dilakukan, dan tidak sering,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam time table rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI, Selasa (27/8).

Menurut dia, OMC dapat mengurangi dampak dari cuaca ekstrem, seperti kebakaran hutan dan lahan. Hal itu terbukti dari overall kerugian yang tercatat pada masa anak itu 2015, 2019 dan 2023. Dituturkan Dwikorita, pada 2015, belum ada OMC yang dilakukan intensif untuk pencegahan karhutla, dan hasilnya kerugian akibat karhutla di tahun itu mencapai kurang lebih Rp200 triliun. “Di kala itu belum ada OMC seintensif mulai 2023. Jadi OMC dilakukan untuk membasahi lahan gambut yang biasanya terjadi karhutla,” imbuh dia.

Baca juga: Kepala BMKG: Pengamatan Sistematis Dukung Analisis dan Prediksi Iklim

Selanjutnya, pada tahun 2019, kembali terjadi el nino moderat. Saat itu, OMC telah dilakukan, untuk mengantisipasi moderat, namun belum secara permanen. Dengan meningkatnya OMC, kerugian akibat karhutla pun turun menjadi sekitar Rp70 triliun.

“Dan pada 2023, kita dahului OMC karena sudah memprediksi ke depan. Biaya untuk OMC sekitar ratusan miliar untuk enam bulan, dan kerugian karhutla di tahun itu juga sangat minim, tidak sampai triliunan,” kata dia.

Fenomena anomali iklim seperti el nino dan gadis itukata Dwikorita, hendaknya disikapi dengan langkah antisipasi seperti OMC agar tidak menimbulkan kerugian yang besar kelak. “Sehingga OMC ini dirasa tiak bisa insidental, jadi harus merupakan program permanen dan operasional rutin. Kebutuhan itu memang sangat pressing, karena fenomena perubahan iklim dan dampaknya, seperti karhutla, banjir, longsor, kekeringan. Itu juga menjadi solusi penghematan uang negara, karena bila tidak dicegah kerugiannya akan sangat besar,” pungkas dia. (H-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *