BNPB Lakukan Simulasi Gempa Megatrhust di Wilayah Mentawai
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan simulasi gempa megatrhust di wilayah Mentawai. Simulasi diawali dengan teriakan warga bersama dengan suara sirine di Dusun Mapdegat, Desa Tuapejat, Pulau Sipora.
Dalam simulasi itu, guncangan kuat gempabumi berkekuatan magnitudo 8,9 selama 30 detik. Titik kedalaman berpusat di bawah laut dengan kedalaman 17 km, di 1.78 Lintang Selatan dan 98.87 Bujur Timur Kepulauan Mentawai.
Masyarakat terdampak melakukan pertahanan diri mulai dari berlindung di bawah meja dan menghindari subject matter kaca maupun bangunan yang rentan roboh hingga guncangan berakhir.
Baca juga: BNPB Matangkan Konsep Penanganan Karhutla Terpadu di IKN
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini Tsunami untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan standing ancaman AWAS sehinggga diharapkan masyarakat melakukan proses evakuasi.
Di tengah hujan yang menerjang wilayah terdampak, masyarakat melakukan evakuasi dengan memukul kentongan dan bahu membahu memprioritaskan kelompok rentan seperti orang lanjut usia (lansia), ibu hamil dan anak-anak menuju ke Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Gereja Phiniel.
Tim kelompok siaga bencana (KSB) Sikerei bergerak melakukan koordinasi dengan perangkat daerah setempat untuk pendataan kerusakan, korban jiwa dan pemenuhan kebutuhan dasar di lokasi pengungsian.
Baca juga: BNPB Minta Tambahan Anggaran Rp1,8 T pada 2025 Perkuat Penanggulangan Bencana di Daerah
Layanan Psikologi Dasar turut dikerahkan untuk menetralkan kondisi psikologi masyarakat yang terkejut setelah mengalami bencana.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M menegaskan bahwa latihan simulasi bencana bukan hanya latihan sekali seumur hidup.
“Kesiapsiagaan bukan hanya jadi pembelajaran dan latihan sekali seumur hidup, tapi harus menjadi budaya dan pelajaran seumur hidup,” tegas Suharyanto dalam keterangan resmi, Jumat (6/9).
Baca juga: BNPB Catat Ada 1.300 Kali Bencana Sepanjang 2024
Kondisi Indonesia di tengah zona antar lempeng tektonik aktif menjadi penyebab rawannya terjadi bencana gempabumi dan tsunami.
Suharyanto mengimbau bagi masyarakat untuk tidak berlebihan dalam menyikapi isu potensi megathrust dan fokus untuk meningkatkan kesiapsiagaan mulai dari tingkat keluarga.
“Kita fokus untuk memeriksa rencana evakuasi mandiri, jalur evakuasi, memelihara refuge dan melatih kembali komunikasi risiko berbasis komunitas,” tutur Suharyanto.
Baca juga: Pencarian Korban Banjir Bandang Ternate Diperpanjang Tiga Hari
Dirinya menambahkan untuk memanfaatkan sistem peringatan dini yang ada seperti kentongan, toa Masjid, lonceng Gereja, maupun sirine untuk menyampaikan tanda bahaya dan evakuasi.
“Kita hidup di negara yang rawan bencana, sehingga apapun bahayanya kita perkuat budaya sadar bencana agar kita siap untuk selamat,” ujarnya.
Latihan ini melibatkan 200 orang yang terdiri dari masyarakat umum, satuan pendidikan, nelayan, pedagang dan unsur perangkat daerah guna memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana gempabumi dan tsunami Megathrust Mentawai.
Apel kesiapsiagaan dan latihan simulasi menghadapi potensi megathrust dilakukan secara serentak di empat lokasi, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat dengan general 600 personel di Gereja Phiniel; Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten sebanyak 700 personel di Lapangan Kecamatan Carita; Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat general 700 personel di tempat evakuasi sementara (TES) Pasar Wisata; dan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah general 700 personel di Kantor Kelurahan Tegalkamulyan dan Politeknik Negeri Cilacap.
Suharyanto mengungkapkan tujuan apel dan latihan serentak ini guna membangun dan melatih kembali kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi potensi gempa dan tsunami di sepanjang kawasan megathrust Sumatra dan Jawa.
“Bertepatan juga dengan peringatan 20 tahun Tsunami Aceh dan menyambut Bulan Pengurangan Risiko Bencana, bersama kita tingkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana mulai dari diri sendiri, keluarga hingga komunitas,” tutupnya.