Pendampingan Pasien Kanker oleh Penyintas Tingkatkan Keberhasilan Pengobatan

Pendampingan Pasien Kanker oleh Penyintas Tingkatkan Keberhasilan Pengobatan


Pendampingan Pasien Kanker oleh Penyintas Tingkatkan Keberhasilan Pengobatan
Prof DR Dr Soehartati Gondhowiardjo Sp Onk Rad(Okay)(Dok RSCM)

KEBERHASILAN pengobatan seorang pasien kanker bukan semata ditentukan aspek medis. Aspek non-medis tanpa disadari berkontribusi cukup besar pada keberhasilan pengobatan seorang pasien kanker.

“Apa saja aspek non-medis itu? Di antaranya, pemahaman pasien atas informasi medis dan alur pengobatan, ketersediaan reinforce gadget seperti keluarga atau relasi pasien saat berobat, transportasi dan rumah singgah, juga dukungan psikososial,” ujar Prof DR Dr Soehartati Gondhowiardjo Sp Onk Rad(Okay), staf medis senior onkologi radiasi RSCM-FKUI dan Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSCM, di sela-sela Pelatihan Program Affected person Navigator (PN) di Gedung Radioterapi RSCM, Jakarta, Jumat (13/9).

Menurut dia, keberadaan affected person navigator sebagai teman bagi pasien kanker selama manjalani pengobatan menjadi sangat penting mengingat peran mereka dapat meringankan beban aspek non-medis pasien sehingga meningkatkan kepatuhan berobat dan meningkatkan keberhasilan terapi.

Baca juga: Dukungan Kelompok Bantu Pertahankan Kualitas Hidup Anak dengan Kanker

“Dari berbagai penelitian, aspek non-medis pasien ini berkontribusi lebih dari 50% dalam menunjang kesembuhan terapi pasien kanker,” ucapnya.

Ini menjelaskan navigator pasien umumnya adalah penyintas/penyintas kanker yang memiliki pengalaman sebagai pasien kanker, sudah pernah menjalani rangkaian pengobatan kanker yang panjang, dan memahami apa yang dibutuhkan dan dirasakan pasien kanker.

Navigator pasien adalah mereka yang bekerja sama dengan para pasien untuk menyelesaikan masalah-masalahnya dan memahami sistem medis,” katanya.

Baca juga: Bukan untuk Perang Dunia, Nuklir Aman untuk Terapi Pengobatan Tiroid

Soehartati melanjutkan seorang affected person navigator perlu dilengkapi dengan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam berhadapan dengan pasien dan rekan tenaga kesehatan.

“Mereka butuh ilmu, pengetahuan dan kecakapan komunikasi, juga mesti paham kode-kode kegawatan di rumah sakit sebelum terjun ke lapangan,” imbuhnya.

Ketua Most cancers Data & Toughen Middle (CISC) Aryanthi Baramuli Putri menambahkan pada pelatihan affected person navigator saat ini diikuti sekitar 47 survivor kanker dengan rata-rata usia 40 tahun.

Baca juga: Cegah Delay Pengobatan Leukimia pada Anak

Mereka diberikan pelatihan dua bulan sejak 12 Juli sampai 13 September 2024, bekerja sama dengan American Most cancers Society, Construction Experience, Advocacy, and Capability for Oncology Navigation (ACS BEACON).

Mereka mendapatkan 16 modul dari ACS dan muatan lokal seperti dasar-dasar kanker, pendekatan tatalaksana terapi kanker dari segi bedah, sistemik, radiasi, dan terapi pendukung seperti gizi, rehabilitasi medik, paliatif, kemampuan berkomunikasi dan fundamental lifestyles reinforce, emergency drill, serta again to paintings bagi pasien kanker.

“Kami harap kerja sama RSCM dengan ACS BEACON dalam pelatihan affected person navigator ini bisa dikembangkan dan diterapkan ke sejumlah RSUD-RSUD yang memiliki layanan penyakit kanker,” tutupnya. (H-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *