Refleksi Hari Ozon, Mengenang Krisis Atmosfer 1984 saat Mulai Tipis Sepertiga

Refleksi Hari Ozon, Mengenang Krisis Atmosfer 1984 saat Mulai Tipis Sepertiga


Refleksi Hari Ozon, Mengenang Krisis Atmosfer 1984 saat Mulai Tipis Sepertiga
Hari ozon internasional(Freepik)

PADA 1990-an silam, lubang di lapisan atmosfer Bumi menjadi krisis world yang mendesak. Jika masalah ini diabaikan, kita mungkin akan menghadapi beberapa lubang serupa di berbagai tempat.

Pada akhir tahun 1970-an, Jonathan Shanklin, seorang meteorolog dari British Antarctic Survey, mulai melihat adanya perubahan signifikan di lapisan atmosfer.

Baca juga: Gawat, Bumi semakin Panas

Shanklin, yang bertanggung jawab atas digitalisasi information spektrofotometer Dobson—instrumen yang mengukur lapisan atmosfer—mengamati penurunan konsentrasi atmosfer yang signifikan.

Pada tahun 1984, lapisan pelindung atmosfer di atas Teluk Halley, Antartika, kehilangan sepertiga ketebalannya dibandingkan dekade sebelumnya.

Shanklin dan rekan-rekannya, Joe Farman dan Brian Gardiner, menerbitkan temuan yang menunjukkan adanya hubungan antara penipisan lapisan ini dengan cklorofluorokarbon (CFC), senyawa buatan manusia yang digunakan dalam aerosol dan pendingin.

Baca juga: Es di Laut Antartika terus Menyusut, Kehidupan di Bumi semakin Terancam

Temuan ini memicu kekhawatiran world. Proyeksi menunjukkan bahwa perusakan lapisan atmosfer dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia dan ekosistem, mendorong penelitian ilmiah dan kerja sama internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Fenomena Penting

Lapisan atmosfer yang melindungi Bumi sebagian besar ditemukan di stratosfer, antara 10 hingga 50 km di atas permukaan Bumi.

Lapisan ini berfungsi sebagai perisai tak terlihat yang menyerap radiasi ultraungu (UV) berbahaya dari matahari. Tanpa perlindungan ini, kehidupan di Bumi tidak akan mungkin ada.

Baca juga: Ini Lima Perubahan Gaya Hidup yang Berdampak Nyata bagi Bumi

Penelitian terhadap lapisan ini dimulai pada 1950-an oleh British Antarctic Survey, namun baru pada 1985, lubang signifikan ditemukan.

Penemuan ini mengonfirmasi teori ilmuwan Mario Molina dan F. Sherry Rowland pada 1974 bahwa CFC dapat menghancurkan atmosfer. Pada awalnya, penelitian mereka diserang oleh industri yang mengklaim bahwa produk CFC aman.

Solusi Internasional

Pada 1987, Protokol Montreal diadopsi untuk melindungi lapisan atmosfer dengan menghentikan penggunaan CFC secara bertahap.

Baca juga: Di Forum IPU, Puan Tekankan Peduli Bumi Sehat untuk Generasi Penerus

Perjanjian ini merupakan upaya internasional yang berhasil, di mana hampir 98% bahan kimia perusak telah dihapuskan pada 2009.

Meski demikian, penggantian CFC dengan hidrofluorokarbon (HFC) yang lebih ramah terhadap lapisan atmosfer ternyata berkontribusi negatif terhadap perubahan iklim, dengan potensi pemanasan global yang tinggi.

Namun, upaya ini tetap menjadi salah satu kesuksesan lingkungan terbesar dalam sejarah kerja sama world.

Menurut beberapa fashion ilmiah, Protokol Montreal telah mencegah jutaan kasus kanker kulit dan katarak di seluruh dunia.

Pemulihan Lambat

Meskipun lubang atmosfer masih ada dan muncul setiap musim semi di Antartika, ada tanda-tanda pemulihan.

Diperkirakan lapisan atmosfer akan kembali ke tingkat sebelum tahun 1980 sekitar pertengahan abad ini.

Namun, masalah baru seperti nitrogen oksida, fuel rumah kaca yang berasal dari pertanian, terus mengancam lapisan atmosfer, dan belum diatur oleh Protokol Montreal.

Krisis lubang atmosfer mengajarkan pentingnya tindakan cepat terhadap masalah lingkungan.

Meski saat ini kita jarang mendengar tentang krisis ini, pelajaran dari lubang atmosfer penting untuk diingat dalam menghadapi tantangan lingkungan lainnya, seperti perubahan iklim yang masih menjadi masalah besar di dunia. (Z-10)

Sumber:

  • BBC.com
  • Widowati & Sutoyo (2009). “Upaya Mengurangi Penipisan Lapisan Ozon.” Buana Sains, 9(2), 141-146.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *