Menko PMK Edukasi Kesiapsiagaan Bencana Bisa Dilakukan lewat Seni
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa untuk mengedukasi masyarakat supaya siap menghadapi risiko bencana dapat dilakukan tidak hanya melalui langkah taktis, tetapi juga dengan pendekatan seni dan kreativitas.
“Semua upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat menuju ketangguhan bencana harus dilakukan melalui berbagai pendekatan, termasuk seni dan kreativitas,” kata dia dalam acara Malam Puncak Penganugerahan Tangguh Award 2024 yang berlangsung di Dome Park, Jakarta, Sabtu.
Muhadjir menjelaskan bahwa Indonesia berada di kawasan cincin api, sebuah jalur yang mengelilingi cekungan pasifik dan merupakan pusat aktivitas gunung api dunia. Di sepanjang jalur ini, terdapat sekitar 450 gunung api, dan 127 di antaranya berada di Indonesia.
Baca juga: Gandeng ICLEI, BNPB Kembangkan Program Ketahanan iklim dengan Antisipasi
Kondisi geografis ini membuat Indonesia menjadi negara dengan risiko bencana alam yang tinggi, terutama dari aktivitas vulkanik-tektonik.
“Indonesia adalah negara kedua dengan jumlah gunung api terbanyak di dunia, dan hal ini memiliki konsekuensi langsung terhadap risiko bencana, di darat maupun laut,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat Indonesia harus terus diedukasi sehingga benar-benar sadar bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain bersikap positif, proaktif, dan antisipatif terhadap segala bentuk bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Baca juga: BNPB Sebut Sekitar 1.400 Bencana Terjadi di Indonesia Per September 2024
“Kesadaran masyarakat harus terus dibangun. Kurangnya kewaspadaan sering kali membuat kita tidak bisa menghindari jatuhnya korban,” katanya.
Muhadjir juga menyoroti beberapa peristiwa bencana yang terjadi akibat kelalaian, salah satunya kejadian di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, yang beberapa waktu lalu dilanda banjir bandang.
Wilayah tersebut dalam sejarahnya pernah mengalami banjir bandang besar limpasan dari Gunung Api Gamalama pada 70 tahun silam. Namun karena kejadiannya sudah lama dan terjadi regenerasi di lingkungan masyarakat Rua maka sejarah itu cenderung terlupakan saat ini.
Baca juga: Industri Dalam Negeri Didorong Perkuat Manajemen Bencana
“Ditambah banyak pendatang di sana mereka tidak mengetahui rekam jejak bencana lingkungannya itu, sehingga membangun permukiman di lokasi rawan itu, Ketika permukiman semakin padat dan tiba-tiba banjir datang kembali, kampung tersebut hancur,. Ini yang harus diperhatikan jangan sampai terjadi lagi,” ujarnya.
Tangguh Award 2024 merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada para pegiat seni Indonesia yang berdedikasi dalam mengedukasi masyarakat tentang kesiapan menghadapi bencana.
Acara ini telah menjadi schedule tahunan BNPB sejak tahun 2012 dan memberikan ruang bagi kreativitas di berbagai bidang seni seperti fotografi, video, desain, dan musik.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan pihaknya berharap kesadaran masyarakat tentang risiko dan mitigasi bencana terus meningkat melalui pendekatan seni yang dinilai mampu menyampaikan pesan yang lebih menyentuh dan efektif, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat luas. (Ant/H-2)