Harga Rumah Seken di Semarang Tertinggi di Jawa
RUMAH123 Flash Record edisi September 2024 menunjukkan Semarang memimpin kenaikan harga rumah seken di Pulau Jawa sebesar 1,2% secara bulanan, diikuti Yogyakarta (1%) dan Bandung naik tipis sebesar 0,1%. Sejak awal 2021, indeks harga rumah seken di Semarang secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan pergerakan indeks harga konsumen atau laju inflasi tahunan di kota tersebut.
Head of Analysis Rumah123, Marisa Jaya menuturkan, consistent with Agustus 2024, pertumbuhan harga rumah di Semarang tercatat 2,2% lebih tinggi dibandingkan laju inflasi tahunan di Semarang. Hal itu tercatat konsisten sejak bulan April 2024.
“Sementara mayoritas kota-kota lain di Indonesia mengalami pertumbuhan harga tahunan yang secara umum lebih rendah dibandingkan inflasi, sehingga Semarang menjadi salah satu kota yang cukup potensial bagi investasi properti,” kata Marisa dalam keterangannya, Senin (30/9).
Di sisi lain pertumbuhan harga rumah di Semarang tercatat sebesar 3,8% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan nasional, yaitu sebesar 0,2%. Rumah123 pun telah melihat adanya lonjakan tren permintaan (enquiries) terhadap rumah yang dijual mulai pertengahan 2023 lalu.
Rumah123 mencatat, permintaan di Semarang didominasi oleh kelas menengah dan menengah-bawah, terutama pada segmen harga di bawah Rp400 juta. Namun, Semarang Tengah juga mencatat permintaan signifikan untuk rumah di segmen Rp1-3 miliar (23,2%) dan di atas Rp5 miliar (12,3%), lebih tinggi dibanding kecamatan lain. Ini menunjukkan potensi Semarang Tengah bagi pasar kelas menengah dan menengah-atas.
“Faktor utama yang mendorong daya tarik ini adalah pertumbuhan ekonomi kota yang stabil dan harga properti yang masih relatif terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar lain seperti Jakarta atau Surabaya. Karena itu Semarang menjadi kota yang potensial bagi investasi, terlebih pertumbuhan harga yang cukup konsisten melampaui inflasi,” papar Marisa.
Selain itu, perkembangan infrastruktur di Semarang semakin pesat, termasuk pembangunan jalan tol dan transportasi umum yang lebih baik, yang mempermudah mobilitas di dalam kota maupun ke luar kota. Semarang juga menawarkan peluang kenyamanan hidup dengan fasilitas lengkap, dari pendidikan, kesehatan, hingga hiburan.
Secara umum kenaikan harga rumah di 13 kota besar Indonesia sebesar 1,8% secara tahunan. Denpasar menjadi kota yang mengalami kenaikan harga tahunan tertinggi, sebesar 15,7%, diikuti Bogor (6,1%) dan Yogyakarta (5,3%).
Di kawasan Jabodetabek, selain Bogor, ada dua kota yang mencatat pertumbuhan harga rumah seken dengan kenaikan tipis, yakni Jakarta (0,8%) dan Tangerang (0,7%). Sementara di Pulau Jawa, selain Yogyakarta, tiga kota mengalami kenaikan harga tahunan, seperti Semarang (3,8%), Surakarta (1,1%), dan Bandung (0,5%). Di luar Pulau Jawa, kenaikan harga tahunan tak hanya dialami Denpasar, Medan turut mencatat kenaikan sebesar 2,2%.
Dari segi selisih antara pertumbuhan harga dengan pergerakan inflasi tahunan, terdapat 4 kota memperoleh selisih tertinggi, yaitu Bogor (3,5%), Semarang (2,2%), Yogyakarta (3%), dan Denpasar (12,2%).
“Kenaikan selisih pertumbuhan di atas laju inflasi ini menunjukkan daya tarik yang semakin tinggi terhadap properti di wilayah-wilayah tersebut, serta menjadi indikasi penting bagi konsumen dan pelaku industri untuk memanfaatkan peluang investasi di tengah dinamika pasar properti yang sedang ditopang dukungan kebijakan positif, seperti turunnya suku bunga acuan hingga perpanjangan insentif PPN-DTP,” pungkas Marisa. (S-1)