Pembangunan Kolam Retensi Terus Berlangsung
DINAS Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota SukabumiJawa Barat, menggenjot penyelesaian pembangunan kolam retensi di kawasan Terminal Tipe A KH Ahmad Sanusi. Ini untuk mengatasinya musim hujan yang sebentar lagi tiba. Kolam retensi itu diharapkan bisa mencegah terjadinya banjir di kawasan tersebut setiap hujan.
Kepala Dinas PUTR Kota Sukabumi Sony Hermanto mengatakan saat ini progres pembangunan kolam retensi sudah mencapai 34-36% dari goal. Masih ada waktu sekitar satu bulan lebih untuk menyelesaikannya karena ditargetkan rampung pada November 2024.
“Jadi, pada Desember yang diprediksi merupakan puncak musim hujan, kolam retensi sudah bisa difungsikan untuk mencegah banjir,” kata Sony kepada wartawan, Senin (7/10).
Baca juga: Atasi Banjir, Pemkot Sukabumi Bangun Kolam Retensi di Kawasan Terminal
Anggaran pembangunan kolam retensi sebesar Rp5.155.842.672. Biayanya bersumber dari bantuan keuangan Pemprov Jabar. Sony menuturkan, kolam retensi ini dirancang untuk menampung kelebihan debit air saat curah hujan tinggi. Kapasitasnya bisa menampung sekitar 3.800 liter air according to detik.
“Nanti, 3 ribu liter air bisa ditampung di kolam retensi dan yang 800 liter dibuang melalui saluran eksisting yang sudah ada,” terang dia.
Selain berfungsi sebagai penampung air, kolam retensi juga dirancang menjadi destinasi wisata murah bagi masyarakat sekitar. Di sekitar kolam akan dibangun fasilitas jogging observe dan ruang publik yang bisa dimanfaatkan warga setempat.
Baca juga: Cegah Banjir, Pemkot Sukabumi Segera Bangun Kolam Retensi
Sementara itu, perbaikan saluran eksisting yang melintasi jalan juga akan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas aliran air. Tujuannya agar overflow dari kolam retensi dapat dialirkan dengan baik.
Sedangkan sistem perawatan kolam retensi ini mencakup pengerukan secara berkala setiap tiga bulan, untuk menjaga agar tidak ada penyumbatan akibat sedimentasi.
“Kolam retensi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi banjir yang kerap melanda kawasan Jalan Lingkar Selatan. Dengan selesainya pembangunan ini, masyarakat dapat terhindar dari dampak banjir yang kerap merugikan,” tegasnya.
Sony menjelaskan, saluran air di Kota Sukabumi harus diperbesar untuk menyalurkan aliran air yang semakin besar. Kondisi itu akibat berkurangnya daerah tangkapan air dampak dari pembangunan, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi yang berbatasan dengan Kota Sukabumi.
“Jika daerah resapan air berkurang, maka air akan mengalir ke wilayah Kota Sukabumi yang berada di bawahnya. Ini yang pada akhirnya menyebabkan banjir,” pungkasnya.(M-3)