10 Fakta Gunung Everest Puncak Tertinggi di Dunia, Segini Suhu Ekstremnya
GUNUNG Everest adalah gunung tertinggi di duniaterletak di jajaran pegunungan Himalaya, di perbatasan antara Nepal dan Tibet (Tiongkok).
Ketinggian resmi Gunung Everest adalah sekitar 8.848 meter (29.029 kaki) di atas permukaan laut, meskipun pengukuran terbaru menunjukkan bahwa ketinggiannya mungkin sedikit lebih tinggi.
Di Nepal, gunung ini dikenal dengan nama Sagarmatha, sedangkan di Tibet disebut Chomolungma, yang berarti “Ibu dari Semua Gunung.”
Baca juga: 7 Gunung Tertinggi di Dunia, Satu di Antaranya Ada di Indonesia
Gunung Everest adalah bagian dari Himalaya, yang terbentuk akibat pergeseran lempeng tektonik antara lempeng India dan Eurasia.
Gunung Everest, yang terletak di Himalaya di perbatasan Nepal dan Tibet, dikenal sebagai puncak tertinggi di dunia. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Gunung Everest dan informasi mengenai suhu ekstrem di puncaknya:
Berikut 10 Fakta Gunung Everest
1. Ketinggian
Gunung Everest memiliki ketinggian sekitar 8.848 meter (29.029 kaki) di atas permukaan laut, meskipun pengukuran terbaru menunjukkan bahwa ketinggiannya mungkin sedikit lebih tinggi.
Baca juga: Mitos Monster Laut Kraken Jadi Makhluk Raksasa yang Menakutkan
2. Nama Lokal
Di Nepal, Gunung Everest dikenal sebagai “Sagarmatha,” sementara di Tibet disebut “Chomolungma,” yang berarti “Ibu dari Semua Gunung.”
3. Formasi
Gunung Everest terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu akibat pergeseran lempeng tektonik. Proses ini menyebabkan penumpukan batuan yang membentuk puncak tertinggi di dunia.
4. Pertama kali Didaki
Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Tenzing Norgay, seorang Sherpa, adalah orang pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest pada 29 Mei 1953.
Baca juga: Hari Vegetarian Sedunia, Fakta dan Mitos
5. Suhu Ekstrem
Suhu di puncak Gunung Everest dapat mencapai -60 derajat Celsius (-76 derajat Fahrenheit) pada musim dingin dan -20 derajat Celsius (-4 derajat Fahrenheit) pada musim panas. Suhu ini dapat berfluktuasi tergantung pada kondisi cuaca.
6. Kondisi Atmosfer
Di ketinggian ini, tekanan atmosfer sangat rendah, sekitar sepertiga dari tekanan di permukaan laut. Ini menyebabkan oksigen lebih sedikit tersedia, membuat pendakian menjadi sangat menantang.
7. Zona Kematian
Pada ketinggian di atas 8.000 meter (26.247 kaki), dikenal sebagai “zona kematian,” di mana tingkat oksigen terlalu rendah untuk mendukung kehidupan manusia dalam waktu lama. Pendaki hanya dapat bertahan di zona ini selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Baca juga: Fakta atau Mitos: Kendaraan Tiba-tiba Mogok di Rel Kereta Api Karena Hal Ghaib
8. Sampah dan Limbah
Dengan meningkatnya jumlah pendaki, Gunung Everest menghadapi masalah limbah. Banyak sampah dan perlengkapan pendakian yang ditinggalkan di gunung, sehingga upaya pembersihan sedang dilakukan untuk menjaga kebersihan kawasan tersebut.
9. Cuaca Ekstrem
Cuaca di Gunung Everest sangat tidak dapat diprediksi. Angin kencang dan badai salju dapat terjadi secara tiba-tiba, menyebabkan bahaya bagi pendaki.
10. Musim Pendakian
Musim terbaik untuk mendaki Gunung Everest adalah pada bulan April dan Mei, ketika cuaca lebih stabil. Namun, kondisi masih bisa sangat berbahaya.
Gunung Everest adalah simbol tantangan bagi para pendaki dari seluruh dunia. Meskipun keindahan dan tantangannya menarik banyak orang untuk mencapainya, suhu ekstrem dan kondisi lingkungan yang keras menjadikan pendakian ke puncaknya sangat berisiko.
Peningkatan kesadaran tentang pelestarian lingkungan dan keselamatan pendaki menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang mendaki gunung ini. (Z-12)