Menteri Koperasi Dorong Hilirisasi Rempah untuk Nilai Tambah

Menteri Koperasi Dorong Hilirisasi Rempah untuk Nilai Tambah


Menteri Koperasi Dorong Hilirisasi Rempah untuk Nilai Tambah
ilustrasi (piksel free of charge)

MENTERI Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mendorong hasil rempah tidak lagi diekspor dalam bentuk bahan mentah, melainkan harus melalui proses hilirisasi.

“Harus kita olah, harus kita hilirisasi, supaya kita mendapat nilai tambah ekonomi dari sumber daya kita, termasuk juga di dalamnya bisa menciptakan lapangan kerja,” kata dia dikutip dari siaran pers, Minggu (13/10).

Baca juga: Meminimalkan Dampak Lingkungan dari Mimpi Hilirisasi

Menurut Teten, penjualan komoditas mentah tak menciptakan nilai ekonomi yang tinggi. Penghiliran di sektor UMKM rempah dapat dilakukan dengan penghiliran di industri bumbu. Pasalnya rempah bisa diolah untuk masuk rantai pasok bagian industri farmasi, makanan-minuman, dan industri kecantikan.

“Rempah bisa dikembangkan dan diolah menjadi bumbu untuk masuk ke pasar dunia. Makanan Indonesia masih tertinggal bila dibanding Thailand dan Vietnam. Mereka jauh dikenal masyarakat dunia,” ujarnya .

Teten mengakui, saat ini industri rempah-rempah Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan serius. Di antaranya, ketidakstabilan harga, kurangnya infrastruktur pendukung, permasalahan akses pasar, serta pengelolaan lingkungan yang kurang memperhatikan prinsip keberlanjutan.

“Rantai suplai yang belum terintegrasi dengan baik membuat banyak petani rempah berada dalam situasi ekonomi yang sulit. Sementara produk kita sering kali belum mencapai potensi nilai yang optimum di pasar international,” jelas Teten.

Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM Ali menambahkan, pernah ada sebuah lembaga melakukan studi yang menyebutkan bahwa dari hulu ke hilir potensi ekonomi rempah Indonesia minimum Rp3.000 triliun pertahun, namun selama ini tidak terkonsolidasi dan terekam dengan baik.

“Ada BUMN asal Tiongkok yang sudah bermain rempah di Indonesia selama 35 tahun melalui jalur yang tidak terekam secara formal. Maka, kita akan memetakan satu persatu, membuat satu ekosistem bisnis yang menjadikan koperasi dan UMKM sebagai tulang punggungnya,” kata Ali.

Baca juga: Ketua Umum APKI Minta Program Hilirisasi Harus Saling Menguntungkan

Ali menyebutkan, strategi dari hulu ke hilir akan disambungkan satu sama lain atau terkoneksi antara para petani di skala mikro dan kecil dengan industri sebagai offtaker di skala menangah dan besar.

Koneksi itu dinilai akan menumbuhkembangkan ekosistem bisnis rempah sehingga dapat menjamin bahwa bisnis rempah nusantara menjadi bisnis yang berkelanjutan dari sisi bahan baku, proses industri, hingga pasar.

“Semua terkoneksi, sampai pada akhirnya mengarah ke kata kunci yaitu hilirisasi,” ujar Ali.

Baca juga: Koperasi Berikan Kontribusi 6,2% ke PDB

Ali mengungkapkan para pelaku usaha dan asosiasi rempah akan menginisiasi agar ke depan Indonesia memiliki lembaga atau badan khusus yang menangani industri rempah nusantara. “Ini untuk mencapai kejayaan rempah nusantara,” ucap Ali.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Rempah Kejayaan Indonesia (DRKI) Tjokorda Ngurah Agung Kusuma Yudha mengungkapkan hasil survei yang menyebutkan bahwa overall perdagangan rempah dunia hampir mencapai US$42 miliar.

Namun, kata Tjokorda, 80% perdagangan rempah dunia dikuasai oleh China. Padahal, dari sisi produk dan industri rempah, Indonesia jauh lebih banyak. “Mayoritas milik kita, tapi diperdagangkan di Provinsi Yulin, China,” kata Tjokorda.

Karena itu, Tjokorda berharap proses hilirisasi di industri rempah nasional bisa berjalan, seperti yang terjadi di hilirisasi sektor tambang.

“Sekarang ini, ekspor rempah kita masih barang mentah, dan itu sendiri-sendiri atau negara terlibat di dalamnya. Pelaku usahanya melakukan jual beli sendiri, dan kita tidak pernah mendapat nilai tambah dari rempah ini,” pungkasnya. (H-3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *