SBN Diserbu Investor Asing, Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat

SBN Diserbu Investor Asing, Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat


SBN Diserbu Investor Asing, Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Cash Changer, Jakarta.(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

NAIKNYA utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2024 ditengarai akibat mengalirnya aliran dana asing ke Indonesia setelah financial institution sentral AS Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya. Para investor asing membanjiri pembelian surat berharga negara (SBN) karena instrumen utang pemerintah itu masih berbunga tinggi.

“Investor luar yang biasa bermain di pasar utang AS akan beralih ke SBN Indonesia. Itu yang membuat ULN kita relatif meningkat dibandingkan bulan sebelumnya,” ucap Direktur Ekonomi Middle of Financial and Legislation Research (Celios) Nailul Huda, Senin (14/10).

Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia pada Agustus 2024 mencapai US$425,1 miliar atau setara Rp6.627 triliun. Jumlah itu melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$414,3 miliar atau Rp6.459 triliun.

Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak pada Agustus 2024

Huda mengingatkan, pemerintah mesti tetap waspada dengan banjirnya dolar ke dalam negeri tersebut. Pasalnya, dolar tersebut masuk melalui instrumen utang. Karena itu, suku bunga SBN mesti segera diturunkan agar ULN tak terus bertambah.

“Pemerintah mendatang harus segera turunkan suku bunga SBN agar beban bunga turun,” pungkas Huda.

Senada dengannya, Peneliti Middle of Reform on Economics (CoRE) Eliza Mardian menyebut presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan dilantik pada 20 Oktober nanti langsung diwarisi ULN yang tinggi. Jika utang itu tak dikelola dengan baik, hal itu akan membebani fiskal pemerintahan baru.

“Semakin meningkatnya ULN ini tentu akan memberikan risiko fiskal seperti pelemahan rupiah yang akan meningkatkan pembiayaan utang karena ULN dalam bentuk dolar. Konsekuensi ketika rupiah melemah, porsi untuk pembayaran bunga ini makin naik, sehingga dapat mempengaruhi pos belanja lainnya,” tandas Eliza. (E-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *