Nilam Aceh Semakin Harum Semerbak di Pasar Eropa dan Amerika
AROMA khas minyak nilam hasil produksi petani pedalamanan dan lereng perbukitan di kawasan Provinsi Aceh kian semerbak. Semangat para petani, kesungguhan pembina dan kejujuran pasar sangat menentukan potensi kesejahteraan dari hulu ke hilir.
Sesuai penelusuran Media Indonesia, Kamis (17/10), kini bahan baku utama parfum (minyak wangi), sabun cuci piring, minyak angin dan berbagai jenis lainnya bukan saja merambah pasar domestik, melainkan juga telah mengharumkan pasar internasional seperti benua Eropa dan Amerika.
Kepala Atsiri Analysis Heart (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK), Saifullah Muhammad mengatakan sedikitnya ada tiga jalur ekspor minyak nilam Aceh ke pasar internasional. Ke tiga jalur itu adalah memiliki eksportir yang berbeda.
Dikatakan Saifullah, tiga gerbang ekspor ke Eropa dan AS itu masing-masing yaitu melalui jalur Aceh ke negara tujuan Perancis. Lalu jalur Jakarta ke pasar negara tujuan Amerika dan India. Berikutnya melalui jalur ekspor Surabaya yang merambah pasar tujuan Negara Belanda.
Adapun ekspor melalui jalur Aceh itu difasilitasi oleh Universitas Syiah Kuala yang merupakan Universitas Negeri tertua dan kebanggaan masyarakat di provinsi berjulukan Serambi Mekkah itu. Berkat campur tangan Kampus Jantoeng Hhate Masyarakat Aceh, sebutan Universitas Syiah Kuala tersebut produksi minyak nilam setempat semakin masyur.
“Dulu harga minyak nilam hanya sekitar Rp200.000 hingga Rp300.000 according to kilogram. Kini setelah USK melibatkan diri, berubah pada kisaran Rp2 juta hingga Rp2,3 juta according to kilogram” tutur Rektor USK, Prof Marwan, saat pelepasan ekspor perdana minyak nilam sebanyak 1,4 ton ke Prancis, Selasa (15/10).
Dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya mengembangkan ekosistem yang sehat dalam industri nilam Aceh. Itu dimulai dari ekosistem keuangan, inklusi hingga transparansi produksi nilam Aceh melalui digitalisasi.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, pentingnya peran Industri Jasa Keuangan (IJK) dalam membuka akses Keuangan masyarakat di pedesaan.
“Ketika masyarakat desa memiliki akses ke ekosistem keuangan inklusif, yang tepat, bertanggung jawab dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Peluang untuk pertumbuhan, pembangunan dan pengembangan akan semakin baik. Ekosistem ini bermanfaat untuk kegiatan ekonomi yang lebih mendukung UMKM dan rumah tangga,” jelas Mahendra.
“Ketika masyarakat desa memiliki akses ke ekosistem keuangan yang inklusif, tepat, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kebutuhan mereka, peluang untuk pertumbuhan, pembangunan, dan pengembangan akan semakin terbuka. Ekosistem ini bermanfaat untuk kegiatan ekonomi yang mendukung UMKM dan rumah tangga,” kata Mahendra.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo, saat berkunjung ke Aceh dalam sambutannya pada peresmian Gedung Amanah (Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat) mengharapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah ujung barat Indonesia itu untuk peduli terhadap potensi nilam dan kopi Aceh.
Dikatakan Jokowi, nilam yang sebelumnya diekspor dalam bentuk minyak nilam, sekarang telah mampu menciptakan industri turunannya. Hasil produksi petani itu sudah menjadi parfum, sabun cuci piring dan lain sebagainya.
“Dulu di ekspor dalam bentuk minyak, daun, sekarang sudah dipasarkan dalam bentuk parfum dan kemasannya sangat bagus. Kekuatan di Aceh menurut saya kopi yang pertama nilam atau yang kedua adalah kopi,” tutur Presiden Jokowi.
Berdasarkan knowledge yang diperoleh Media Indonesia dari Atsiri Analysis Heart (ARC) Universitas Syiah Kuala, mencatat sekarang ada 17 Kabupaten/Kota penghasil nilam di Aceh. Antara lain adalah Kabupaten Pidie, Pidie, Kaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Lalu Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Nagan Raya dan Aceh Besar. (N-2)