INCCA-Asperapi minta Menteri Pariwisata dari Profesional dan Paham MICE
DPP Indonesia Congress and Conference Affiliation (INCCA) dan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) meminta kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk sosok Menteri Pariwisata berlatar belakang profesional dan memahami industri Assembly, Incentive, Convention, Exhibition (TIKUS).
Dalam surat terbuka yang ditandatangani Ketua Umum DPP INCCA Dr Iqbal Alan Abdullah MSc dan Ketua Umum DPP Asperapi Hosea Andreas Runkat itu, kedua asosiasi menyebut sosok menteri tersebut harus memahami dunia MICE.
Sehingga pariwisata Indonesia ke depan akan mampu lebih baik dalam menyumbangkan penerimaan negara dari sektor pariwisata, mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan mendorong kuat investasi dan perdagangan sebagaimana diharapkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
“Pertama, kami mengucapkan selamat kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka dalam pelantikan 20 Oktober 2024, dan sekaligus kami sampaikan harapan agar sosok menteri pariwisata nanti adalah profesional yang memahami dunia MICE, sebab MICE ini segmen wisata berkualitas yang menjadi jawaban kita selama ini,” kata Ketua Umum DPP INCCA Iqbal Alan Abdullah dalam keterangannya, Kamis (17/10).
“Dia harus paham type bisnisnya dan mampu membawa lebih banyak pertemuan, pameran, match khusus yang tidak hanya terkait pemerintahan atau IGO’s tapi juga pertemuan-pertemuan terkait asosiasi internasional, dan pertemuan company atau korporasi-korporasi international untuk digelar di Indonesia,” kata Iqbal.
Menurutnya, pariwisata Indonesia harusnya tidak hanya bisa menarik 16 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada saat Thailand sudah mencapai hampir 40 juta pada 2019 dan Malaysia sudah mencapai 26 juta pada 2019.
Sebab, menurut mereka, seharusnya Indonesia sudah bisa membuat lompatan besar untuk memperbesar kunjungan secara signifikan, termasuk menghidupkan destinasi wisata selain Bali untuk mencegah overtourism dan ekses negatif lainnya di masa mendatang.
Apalagi, posisi MICE Indonesia masih jauh dari kemampuan yang dimilikinya. Indonesia berada di score 40 dunia berdasarkan score World Congress and Conference Affiliation (ICCA) 2023.
Indonesia kalah dari Malaysia (33), Thailand (26), dan Singapura (21). Jika tidak berbuat lebih cepat, mungkin Indonesia akan dilalui oleh Filipina (42) dan Vietnam (46).
Begitupun, apabila dilihat dari kota penyelenggara kegiatan MICE, kota-kota seperti Bali dan Jakarta malah jauh tertinggal. Bali hanya score ke-66, dan Jakarta (143). Bandingkan dengan Singapura (2), Bangkok (15), Kuala Lumpur (32) dan Manila (60). Padahal, sekali lagi, potensi Indonesia jauh melebihi negara tetangga tersebut.
“Sosok menteri juga kita harapkan mampu membangun destinasi wisata dengan foundation MICE sesuai karakteristik daerah, mampu mengatasi berbagai halangan dalam pembangunan destinasi, serta mengorkestrasi semua stakeholder yang industri pariwisata khususnya MICE ke dalam tim yang padu menuju generation kegemilangan pariwisata Indonesia 5 tahun ke depan. Kami yakin itu bisa tercapai,” sambung Iqbal.
Untuk Indonesia, industri MICE ini berkontribusi langsung kepada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dan ekonomi.
Sekitar 30% dari jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dapat dikategorikan sebagai industry traveler yang melakukan kunjungan dengan motif melakukan pertemuan bisnis baik assembly, perjalanan insentif, kongres, pameran maupun bentuk pertemuan lain.
Adapun Hosea Andreas Runkat mengatakan salah satu industri yang sangat efektif dan siap digerakkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk khususnya menggerakkan pariwisata, investasi dan perdagangan tidak lain adalah MICE.
Untuk itu, dia berharap agar 5 tahun ke depan pemerintah dapat menaruh perhatian besar pada kemajuan industri MICE dengan mendorong lebih banyak kegiatan MICE termasuk mega game dan tune match di Indonesia, dengan melibatkan asosiasi terkait yaitu INCCA dan Asperapi.
Ia mengingatkan industri pariwisata sangat dipengaruhi industri MICE. Industri ini sangat menarik karena rasio pengeluaran harian wisatawan bisnis, kongres atau MICE terhadap wisatawan rekreasi jauh lebih besar. Karena itu, MICE berperan dalam kontribusi signifikan terhadap ekonomi international dan lokal.
Global Commute & Tourism Council (WTTC) memproyeksikan industri perjalanan dan pariwisata akan menyumbang US$11,1 triliun bagi ekonomi international pada 2024 yang merupakan rekor tertinggi. Ini merupakan peningkatan sebesar 12,1 persendari tahun sebelumnya dan diharapkan mencapai 10% dari PDB international.
WTTC juga memproyeksikan bahwa industri ini mendukung hampir 348 juta pekerjaan di seluruh dunia.
Kongres, pameran dan match juga berkontribusi pada sistem dan infrastruktur transportasi yang menguntungkan semua wisatawan dan penduduk lokal, serta berkontribusi mengangkat industri perhotelan, makanan dan minuman, transportasi lokal, cinderamata, information dan layanan lainnya.
Selain itu, membantu mempromosikan destinasi, mempromosikan investasi dan perdagangan, mendorong berbagi pengetahuan sehingga terwujud berbagai inovasi dan kemajuan di berbagai bidang.
“Karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara di seluruh dunia menyadari potensi pariwisata MICE yang luar biasa dan mulai berinvestasi besar-besaran di dalamnya. Industri ini memainkan peran penting dalam meningkatkan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan dari berbagai sumber,” pungkas Hosea. (Ant/N-2)