Perjuangan lewat Negosiasi Perdamaian
DUKUNGAN dari Indonesia untuk Palestina tidak akan berhenti meski kepemimpinan di Indonesia berganti. Mewujudkan negara dan bangsa Palestina yang bebas serta merdeka sejatinya merupakan komitmen abadi bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan pengamat internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Faris Al-Fadhat. Ia menggarisbawahi bahwa kebijakan luar negeri Indonesia konsisten untuk membela perjuangan rakyat Palestina. Namun, yang tidak banyak disadari oleh masyarakat dunia ialah perjuangan dan dukungan itu dengan negosiasi perdamaian, bukan dengan perperangan.
“Untuk melahirkan negara Palestina, Indonesia juga tidak mendukung ada perang terbuka. Namun, kita mendukung agar perperangan itu harus dihentikan dan proses negosiasi internasional itu bisa dilakukan sehingga rakyat Palestina lahir sebagai negara yang damai dan makmur,” kata Faris kepada Media IndonesiaJumat (11/10).
Menurutnya, 10 tahun terakhir Indonesia semakin memperkuat sinyal bahwa Indonesia memberikan dukungan luar biasa untuk perjuangan rakyat Palestina melalui diplomasi yang dibangun di tingkat dunia. Meskipun menteri luar negeri nanti berganti, Faris optimistis bahwa Indonesia akan terus mendukung Palestina dan tidak akan berkurang sedikit pun.
“Karena dukungan Indonesia ke Palestina menjadi bagian tradisi sejarah bangsa, amanat konstitusi untuk mendukung rakyat Palestina, bukan semata-mata karena rakyat Palestina itu muslim, tetapi kita memperjuangkan hak negara yang mengalami penindasan di dunia,” tegasnya.
Meskipun vokal membela Palestina di berbagai discussion board internasional, Indonesia sulit mengambil peran diplomatik yang lebih pragmatis untuk membantu mengatasi situasi di Jalur Gaza. Hal itu disampaikan pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo. Menurut Broto, salah satu alasannya ialah Indonesia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Israel sehingga sangat sulit menjembatani pihak-pihak yang bertikai.
Upaya diplomatik pragmatis lain yang dicontohkan Broto, misalnya gugatan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional. Indonesia tidak dapat ikut mengajukan gugatan karena bukan negara pihak yang setuju untuk terikat dalam Konvensi Genosida PBB.
“Dalam konteks itu, Indonesia sepertinya belum menjadi pemain utama. Kita mendukung langkah Afrika Selatan, kita juga mendukung upaya-upaya negosiasi, tetapi yang jadi pertanyaan, kan, apa betul-betul dilakukan di lapangan?” sebutnya.
Ke depan, Indonesia dapat memaksimalkan bantuan kemanusiaannya dalam proses pemulihan dan pembangunan kembali Jalur Gaza sehingga dapat memainkan peran yang lebih besar. “Di titik it,u yang menurut saya sebetulnya kita punya kans karena pasti Israel pun akan membutuhkan keterlibatan negara-negara ‘uslim. Itu kemudian akan bisa dianggap sebagai penyelesaian politik yang baik ketika bicara rekonstruksi di Gaza,” ujarnya.
Meski demikian, peran yang akan dilakoni Indonesia dalam konflik Israel-Palestina ke depan sangat bergantung pada pemerintahan Indonesia berikutnya, termasuk mengenai kemungkinan Indonesia sebagai penengah faksi-faksi di Palestina.
“Mungkin akan ada gaya yang berbeda ketika ada transisi kekuasaan, tetapi kan itu nanti juga ditentukan siapa yang kemudian menjadi menteri luar negeri, apakah dia punya resistensi yang tinggi terhadap prinsip-prinsip mendasar, seperti non-intervensi atau dia lebih fleksibel,” jelasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) meyakini presiden terpilih pada Pilpres 2024 Prabowo Subianto akan memperjuangkan kemerdekaan Palestina sejalan dengan amanat konstitusi mengenai kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa sehingga penjajahan harus dihapuskan. “Tentulah Pak Prabowo sebagai presiden terpilih pasti akan melaksanakan konstitusi. Pastilah Pak Prabowo sebagai presiden terpilih akan menjadi garda terdepan (memperjuangkan kemerdekaan Indonesia),” kata HNW.
Sejauh ini, menurutnya, Prabowo telah menunjukkan kepedulian terhadap kemerdekaan Palestina seperti melalui pengiriman bantuan kemanusiaan melalui TNI Angkatan Udara dan pemberian bantuan keuangan. Ia juga menilai situasi world saat ini kondusif untuk mengajak bangsa-bangsa lain bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan Palestina. “Kondisi world sekarang ini sangat kondusif untuk kemudian Indonesia membayar utang, yaitu kemerdekaan Palestina,” kata dia. (Fer/Z-2)