Pementasan Wayang Warnai Peringatan Hari Santri di Cilacap
HARI Santri yang diperingati setiap 22 Oktober di Kabupaten Cilacap berbeda. Perjuangan santri untuk kedaulatan Indonesia ditampilkan dalam pementasan wayang oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bantarsari bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap.
Hari Santri berasal dari Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang diinsiasi oleh salah seorang pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.
Lakon wayang pada pementasan itu mengangkat kisah resolusi jihad berfokus pada perjuangan para santri untuk turut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode Revolusi Fisik 1945. Para santri ikut berjihad melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu. Hal itu disampaikan oleh Sutradara Wayang Santri Abdul Aziz.
Aziz menjelaskan bahwa pementasan tersebut menggabungkan permainan wayang dan adegan pertarungan silat untuk menggambarkan perjuangan para santri menghalau tentara Belanda dan sekutunya.
“Pesilat dari Pagar Nusa memerankan santri yang bertarung sengit dengan serdadu Belanda. Mereka membangun adegan pertarungan di balik kelir untuk memunculkan efek siluet atau bayang-bayang guna mendramatisasi pertempuran, sedangkan narasi tentang munculnya Resolusi Jihad dimainkan oleh Dalang lewat penggambaran tokoh sentral, yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo dalam bentuk wayang kertas,” jelas dia, Selasa (22/10).
Dalam tersebut, kata dia, Ahmad Nafis Jauhari yang bertindak sebagai dalang melantunkan sejumlah suluk dalam bahasa Jawa yang menggambarkan
semangat juang.
Menurut dia, deskripsi dalang dan adegan silat yang berlangsung selama pementasan diiringi oleh hadrah yang dikombinasikan dengan karinding dan
gong tiup untuk menghadirkan suasana hikmat juga menegangkan. Selain suluk, juga dinyanyikan lagu Ya Lal Wathon karya KH Abdul Wahab Hasbullah yang identik dengan kecintaan pada tanah air Indonesia. (Ant/H-3)