Lee Hsien Yang, Anak Pendiri Singapura Dapatkan Suaka di Inggris
LEE Hsien Yangputra dari pendiri Singapura fashionable, kini mendapatkan suaka Dari Inggrismenandai babak baru dalam perseteruan keluarga yang penuh kontroversi dan menarik perhatian banyak pihak. Lee Hsien Yang selama bertahun-tahun mengklaim menjadi korban penganiayaan di negaranya sendiri, di mana saudaranya, Lee Hsien Loong, memegang kendali pemerintahan selama lebih dari dua dekade.
Dalam upayanya untuk mencari keadilan, Lee Hsien Yang kini telah memperoleh standing pengungsi selama lima tahun dari pemerintah Inggris. Keputusannya untuk mencari perlindungan di luar negeri muncul setelah serangkaian konflik keluarga yang dipicu perbedaan pendapat terkait rumah keluarga mereka yang bersejarah, 38 Oxley Street, tempat kenangan masa kecil mereka dengan sang ayah, Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama Singapura, yang dihormati sebagai arsitek kebangkitan negara tersebut.
Kisah ini semakin menarik perhatian karena kedua saudara ini, yang sebelumnya memiliki posisi penting dalam struktur negara, kini berada di jalur yang berseberangan. Lee Hsien Yang, yang pernah menjadi CEO salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Singapura, telah memilih jalur politik oposisi setelah perselisihan sengit dengan saudaranya. Konflik ini dimulai sejak kematian ayah mereka pada 2015, dengan perdebatan mengenai nasib rumah keluarga yang menjadi titik fokus pertikaian publik.
Menurut Lee Hsien Yang, penganiayaan yang ia hadapi di Singapura tak hanya bersifat politik, tetapi juga pribadi. Di mana ia merasa ditekan institusi negara yang berada di bawah kendali saudaranya. Meskipun demikian, pemerintah Singapura membantah tuduhan tersebut dan menyatakan Lee Hsien Yang bebas kembali ke negara asalnya kapan saja. Namun, Lee mengungkapkan kepada BBC ia tidak merasa aman untuk kembali, setidaknya dalam waktu dekat.
Selain Lee, istrinya juga mendapatkan suaka di Inggris, sementara salah satu putra mereka sudah menetap di luar negeri selama beberapa tahun. Keluarga ini merasa bahwa mereka menjadi sasaran berbagai investigasi dan tindakan hukum yang dianggap sebagai bentuk tekanan dan penganiayaan oleh pemerintah Singapura.
Perseteruan keluarga yang dulunya hanya terbatas di kalangan interior kini telah merambah ke ruang publik, melibatkan opini internasional dan memicu perdebatan tentang masa depan politik Singapura.
Di sisi lain, Lee Hsien Loong, yang baru-baru ini mundur dari jabatan perdana menteri, tetap mempertahankan posisinya dalam kabinet sebagai menteri senior. Ia secara konsisten membantah semua tuduhan yang dilayangkan saudara-saudaranya, menekankan mereka tidak menghadapi hambatan hukum di Singapura.
Sementara itu, perselisihan ini masih terus berlangsung, terutama terkait rumah di 38 Oxley Street. Rumah tersebut memiliki nilai historis dan emosional yang mendalam, baik bagi keluarga maupun bangsa. Namun, bagi Lee Kuan Yew, yang dikenal dengan prinsipnya yang menentang pemujaan terhadap tokoh, keinginan terakhirnya adalah agar rumah itu dihancurkan. Perselisihan tentang nasib rumah ini mencerminkan perbedaan pandangan yang lebih dalam antara Lee Hsien Loong dan saudara-saudaranya.
Dengan standing pengungsi di Inggris, Lee Hsien Yang tampaknya tidak berniat mundur dari posisinya sebagai kritikus terhadap pemerintah Singapura. (BBC/Z-3)