Liga Arab Kecam Netanyahu yang Ingin Dirikan Negara Palestina di Wilayah Saudi

Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab mengutuk dan mengecam pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu yang mengusulkan agar negara Palestina berada di wilayah Arab Saudi, Minggu (10/2).
Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit, mengatakan bahwa pemikiran di balik pernyataan Netanyahu "tidak dapat diterima dan mencerminkan detasemen general dari kenyataan," kata Gheit dilansir AFP, Senin (10/2).
Ia menambahkan bahwa ide-ide semacam itu "tidak lebih dari sekadar fantasi atau ilusi".

Kementerian Luar Negeri Saudi menekankan "penolakan terhadap pernyataan tersebut. Itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan berkelanjutan yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap saudara-saudara Palestina di Gaza."
Pernyataan PM Netanyahu
Dalam sebuah wawancara televisi pada hari Kamis lalu, jurnalis sayap kanan Israel Yaakov Bardugo sedang berdiskusi dengan Netanyahu tentang prospek normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi.
Saat itu ia tampaknya salah bicara, mengaitkan dengan Riyadh bahwa "tidak akan ada kemajuan tanpa negara Saudi."
"Negara Palestina?" Kata Netanyahu.
"Kecuali Anda ingin negara Palestina berada di Arab Saudi," Sarkasme Perdana Menteri Israel. "Mereka (Saudi) memiliki banyak wilayah," lanjutnya.
Netanyahu melanjutkan dengan menggambarkan pembicaraan yang mengarah pada apa yang disebut Kesepakatan Abraham, di mana beberapa negara Arab menormalkan hubungan dengan Israel, menyimpulkan: "Saya pikir kita harus membiarkan proses ini berjalan dengan sendirinya."
Saran negara Palestina berada di luar Jalur Gaza dan Tepi Barat telah memicu kecaman regional, termasuk dari Qatar, Mesir dan kementerian luar negeri Palestina, yang menggambarkan pernyataan itu sebagai "rasis."
Kementerian luar negeri Yordania mengutuk dan menganggap hal itu sebagai "pelanggaran hukum internasional yang menghasut dan jelas," menekankan bahwa Palestina memiliki "hak untuk mendirikan negara yang mandiri dan berdaulat" Dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab mengecam komentar Netanyahu sebagai "tercela dan provokatif" dalam sebuah pernyataan.