Pakar Sosiologi Bagikan Kegiatan Positif yang Bisa Dilakukan Anak Saat Puasa

Bulan Ramadan menjadi momentum bagi anak sekolah untuk mengembangkan diri, baik secara akademik maupun sosial. Dalam perspektif sosiologi pendidikan, kegiatan selama Ramadan dapat membentuk karakter dan keterampilan sosial siswa melalui pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pakar Sosiologi Pendidikan Universitas Airlangga (Unair), Prof Tuti Budirahayu Dra MSi menekankan bahwa aktivitas siswa selama Ramadan sebaiknya mengikuti ritme ibadah dan nilai-nilai sosial yang diajarkan dalam bulan suci.
Kegiatan produktif selama puasa dapat meningkatkan prestasi akademik dan keterampilan sosial siswa. Prof Tuti menjelaskan bahwa Ramadan melatih siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai sosial.
"Dalam praktik penyembahan Ramadhan, siswa dilatih untuk menerapkan disiplin, kesabaran, toleransi, dan saling menghargai," ujar Prof Tuti, dalam keterangannya seperti dikutip Basra, (Rabu (5/3).
Lebih jauh, Prof Tuti menyebutkan bahwa siswa belajar mengelola waktu lebih baik melalui aktivitas terstruktur. Hal tersebut. sambungnya, dapat berpengaruh pada efektivitas belajar dan kesiapan menghadapi tantangan akademik setelah Ramadan. Jika dijalankan dengan baik, kegiatan Ramadan dapat membentuk kebiasaan positif jangka panjang.
Agar tetap produktif selama Ramadan tanpa merasa lelah berlebihan, penting bagi siswa untuk memiliki jadwal harian yang seimbang.
Ia menyarankan agar siswa memulai hari dengan tadarus Al-Quran selama 10-15 menit setelah sahur dan salat Subuh, sebelum melanjutkan dengan belajar serta mengerjakan tugas sekolah hingga waktu Zuhur.
Setelah salat Zuhur, mereka disarankan untuk beristirahat dengan tidur siang secukupnya agar tetap bugar menjalani aktivitas di sore dan malam hari.
Ia menekankan pentingnya pengelolaan waktu dengan baik agar siswa tetap aktif dan tidak terjebak dalam kebiasaan yang kurang produktif.
"Berpuasa tidak identik dengan tidur atau bermain-main, apalagi diberi libur lalu dimanfaatkan untuk bermain sport melalui gawainya atau bermain-main ke luar rumah tanpa tujuan yang jelas," tegasnya.
Setelah menjalankan salat Ashar, siswa dapat kembali mengerjakan tugas sekolah sambil menunggu waktu berbuka. Setelah berbuka puasa, mereka dianjurkan untuk melaksanakan ibadah seperti salat tarawih dan tadarus Al-Quran.
Jadwal tersebut, lanjutnya, membantu siswa tetap aktif dan tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Sekolah dan guru memiliki peran dalam membimbing siswa selama Ramadan. Prof. Tuti menekankan pentingnya kesepakatan antara guru, siswa, dan orang tua dalam menyusun jadwal kegiatan.
"Setiap anak harus berkomitmen dengan jadwal yang telah dibuatnya," jelasnya.
Orang tua juga berperan dalam memastikan anak tetap produktif selama puasa. Prof. Tuti menyarankan orang tua mengecek aktivitas anak setelah pulang bekerja.
"Ketika kembali ke rumah, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk mengecek kegiatan anak," tambahnya.
Kecanduan gawai menjadi tantangan yang perlu diatasi selama Ramadan. Prof. Tuti menyarankan agar anak-anak dialihkan ke kegiatan ibadah dan aktivitas produktif.
"Perlu bekerja bersama antara anak -anak, orang tua, dan guru untuk membuat Ramadhan lebih bermakna," pungkasnya.