Masih Terjadi di Surabaya, Remaja Pelaku Perang Sarung Bakal Disanksi Rawat ODGJ

Aksi perang sarung masih terjadi di Surabaya saat bulan Ramadan ini. Hal ini seperti diungkapkan Wali kota Surabaya Eri Cahyadi.
"Ketika petugas selesai melakukan razia pukul 03.00 WIB, perang sarung di kalangan anak-anak remaja terjadi pukul 04.00 WIB. Nah, jadi (razia) ini harus dilakukan terus," ujar Eri, Minggu (9/3).
Eri menuturkan, patroli dilakukan bersama dengan Kepolisian dan TNI untuk mengantisipasi aksi tersebut.
"Itu yang lakukan dengan teman-teman Kepolisian, TNI, dan Satpol PP yang setiap hari berputar (patroli)," imbuhnya.
Bagi anak-anak yang tertangkap terlibat dalam perang sarung, Pemkot Surabaya menerapkan sanksi edukatif. Mereka akan dibawa ke Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) untuk membantu merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sebagai bentuk pelajaran ethical.
"Sanksinya nanti dibawa ke liponsos, memandikan ODGJ, suruh bersihkan kamarnya. Mereka itu kan masih anak-anak yang butuh kasih sayang, tapi mereka itu butuh melihat orang-orang yang masih kurang beruntung," ungkap dia.
Selain mengajak mereka ke Liponsos Keputih, Pemkot Surabaya juga menerapkan sanksi berupa kunjungan ke makam sebagai bentuk refleksi diri.
"Sanksinya dibawa ke kuburan. Melihat kuburan, untuk menyadarkan mereka, misal bagaimana kalau orang tua mereka meninggal nanti siapa yang akan merawat mereka," jelasnya.
Ia kembali menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan bukanlah hukuman keras, melainkan cara menyadarkan anak-anak agar tidak mengulangi perbuatannya.
"Ya kita memang sentuh dari hati. Kalau anak ini dimarahi malah tidak jadi apa-apa. Kita tetap disiplin tapi hukumnya juga untuk menyadarkan, bukan hukuman untuk semakin merusak mereka dan menjadi dendam," tukasnya.
Eri menekankan bahwa partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menekan aksi perang sarung di Surabaya. Menurutnya, tidak cukup jika hanya mengandalkan aparat keamanan tanpa keterlibatan aktif warga.
"Jadi yang saya harapkan adalah partisipasi masyarakat. Kalau masyarakat tidak ada partisipasinya, jangan harap kota itu berkembang dan bahagia. Kalau hanya mengandalkan TNI, Polri dan pemerintah, tidak bisa," tegasnya.
Nah, salah satu bentuk partisipasi yang diharapkan Eri adalah peran orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka. Misalnya, orang tua melarang anak-anak keluar rumah saat dini hari atau sebelum sahur.
"Kalau sebelum waktunya sahur (anak-anak) tidak diperbolehkan keluar. Itu kan salah satu menjaga," jelas Eri.
Ia juga menegaskan bahwa upaya pencegahan kenakalan remaja tidak selalu harus berbasis materi, melainkan bisa dengan pendekatan kasih sayang dalam mendidik anak.
"Paling tidak dengan kasih sayangnya, anak tidak diperbolehkan keluar, itu sudah menjaga agar (anak-anak) tidak perang sarung," tandasnya.