Harga Komoditas: Timah Naik 1,5 Persen, CPO Turun 0,3 Persen


Ilustrasi timah. Foto: PT Timah
Ilustrasi timah. Foto: PT Timah

Harga komoditas mayoritas menguat pada penutupan perdagangan Selasa (11/3), kecuali CPO yang mengalami penurunan imbas kekhawatiran penurunan ekspor.

Timah melesat 1,5 persen, sementara batu bara dan minyak mentah masing-masing sekitar 0,3 persen.

Berikut rangkumannya dari berbagai sumber:

Mentah

Harga minyak mentah naik pada Selasa, dibantu oleh melemahnya Dolar AS, tetapi kenaikan tersebut dibatasi oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS dan dampak tarif pada pertumbuhan ekonomi international.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 0,4 persen menjadi USD 69,56 consistent with barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,3 persen menjadi USD 66,25 consistent with barel setelah sebelumnya juga mengalami penurunan.

Indeks dolar (.DXY) mencapai titik terendah dalam empat bulan, membuat minyak lebih murah bagi pembeli luar negeri. Namun harga saham AS, yang juga memengaruhi pasar minyak, kembali turun, menambah aksi jual terbesar dalam beberapa bulan.

Batu bara

Sedangkan harga batu bara naik tipis pada penutupan perdagangan Selasa. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics naik 0,29 persen dan menetap di USD 104.90 consistent with ton.

Harga batu bara Newcastle naik dari degree terendah hampir empat tahun di USD 99 pada 28 Februari, karena pembatasan produksi dari produsen tertentu untuk sementara waktu menangkal meningkatnya kekhawatiran akan kelebihan pasokan. Glencore mencatat bahwa banyak produsen batu bara Australia mempertimbangkan untuk tutup karena kelebihan pasokan dari tempat lain.

Sementara China mengumumkan produksinya akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024. Selain itu, produksi Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada tahun 2024, 18 persen di atas targetnya.

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menurun pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 0,31 persen menjadi MYR 4.488 consistent with ton.

Harga minyak sawit berjangka Malaysia dipengaruhi kekhawatiran ketegangan perdagangan international meningkat setelah China berencana mengenakan tarif impor pada minyak lobak dan bungkil lobak Kanada. Beralih ke knowledge bulanan dari Dewan Minyak Sawit Malaysia, ekspor Februari turun 16,27 persen dari bulan sebelumnya ke degree terendah dalam 4 tahun sebesar 1 juta ton.

Di India, pembeli minyak sawit terbesar, indikasi awal menunjukkan bahwa importir mungkin meningkatkan pembelian pada bulan Maret untuk memperbarui stok.

Nikel

Harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics naik tipis 0,46 persen menjadi USD 16.480 consistent with ton.

Harga nikel berjangka naik mencapai titik tertinggi dalam empat bulan karena pasar mempertimbangkan besarnya pemotongan produksi di Indonesia akan melawan pasar yang kelebihan pasokan. Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mengurangi kuota penambangan nikel sebesar 120 juta ton pada tahun 2025, cukup untuk mengurangi pasokan international sebesar 35 persen.

Namun, keengganan pembeli untuk memicu rebound mengindikasikan bahwa nikel mungkin tetap kelebihan pasokan, karena stok di gudang LME tetap lebih dari dua kali lipat dari satu tahun lalu di hampir 200 ribu ton. Sementara itu, permintaan manufaktur yang diukur oleh kedua PMI Tiongkok meningkat pada bulan Februari, membatasi tekanan bearish.

Timah

Sementara itu, harga timah terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs London Steel Exchane (LME), harga timah naik 1,52 persen menjadi USD 33.159 consistent with ton.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *