Utusan Trump Tolak Rencana PM Inggris untuk Ukraina, Puji Putin Pemimpin Cerdas



Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff berbicara dalam Pertemuan Puncak Prioritas FII di Miami Seashore, Florida, Kamis (20/2/2025). Foto: Chandan Khanna/AFP

Utusan khusus Donald Trump, Steve Witkoff, menolak rencana Perdana Menteri Inggris Keir Starmer untuk mengerahkan pasukan internasional guna menjamin gencatan senjata di Ukraina.

Dalam wawancara dengan Tucker Carlson, jurnalis pro-Trump, ia menyebut gagasan tersebut sebagai “sikap dan pose” yang didasarkan pada anggapan bahwa pemimpin Eropa harus bertindak seperti Winston Churchill.

Witkoff yang memimpin negosiasi gencatan senjata AS dengan Rusia dan Ukraina, juga memuji Presiden Rusia Vladimir Putin.

Ia menyebut Putin sebagai pemimpin cerdas dan menepis pandangan bahwa ia adalah “orang jahat”.

Witkoff mengatakan, Putin telah berdoa untuk Trump setelah upaya pembunuhan terhadapnya tahun lalu dan bahkan memesan potret Trump sebagai hadiah.

Sikap Witkoff terhadap Konflik Ukraina

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbincang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat melakukan pertemuan kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (28/2/2025). Foto: Saul Loeb/AFP

Dalam wawancara yang sama, Witkoff mengulang berbagai narasi Kremlin. Ia menyebut Ukraina sebagai “negara palsu” dan mempertanyakan kapan dunia akan mengakui wilayah yang diduduki Rusia sebagai bagian dari negara itu.

Namun, saat diminta menyebutkan lima wilayah yang dianeksasi atau diduduki Rusia, ia kesulitan menjawab dengan lengkap.

Ia juga mengeklaim empat wilayah Ukraina telah menggelar referendum yang menunjukkan keinginan rakyat untuk bergabung dengan Rusia.

Namun, referendum tersebut dikritik secara luas karena metodologi dan keabsahannya dipertanyakan.

Suasana asap mengepul dari bangunan akibat serangan pesawat tak berawak Rusia saat konflik Rusia dan Ukraina di Zaporizhzhia, Ukraina, Jumat (21/3/2025). Foto: Stringer/Reuters

Selain itu, Witkoff menyebut wilayah-wilayah itu sebagian besar berbahasa Rusia, meskipun penggunaan bahasa Rusia di Ukraina tidak selalu mencerminkan dukungan terhadap Moskow.

Witkoff juga menyinggung alasan di balik invasi Rusia. Ia mengatakan bahwa bagi Moskow, wilayah yang direbut dalam perang telah menjadi bagian dari Rusia secara de facto, dan masalahnya adalah apakah dunia akan mengakuinya.

“Di Rusia, ada anggapan bahwa Ukraina hanyalah negara palsu yang dibentuk dari berbagai wilayah yang disatukan seperti mosaik,” kata Witkoff, seperti diberitakan BBC.

“Dari perspektif mereka, kelima wilayah itu adalah bagian dari Rusia sejak Perang Dunia II, dan itu adalah sesuatu yang tidak ingin dibahas oleh siapa pun.”

Putin sendiri kerap menyatakan perluasan NATO dan keberadaan Ukraina sebagai negara merdeka adalah ancaman bagi Rusia, yang menurutnya menjadi alasan utama invasi.

Gencatan Senjata dan Rencana Trump

Gencatan senjata di Laut Hitam, menurut Witkoff akan segera diterapkan dalam waktu dekat, dan pembicaraan tentang gencatan senjata penuh selama 30 hari sedang berlangsung.

Ia juga memaparkan visi Trump untuk bekerja sama dengan Rusia setelah hubungan kedua negara dinormalisasi.

“Siapa yang tidak ingin melihat dunia di mana AS dan Rusia berkolaborasi?” kata Witkoff.

“Mungkin kita bisa berbagi jalur laut di Kutub Utara, mengirim fuel LNG ke Eropa bersama, atau bahkan bekerja sama dalam AI.”

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Foto: Henry Nicholls/Pool by way of REUTERS

Namun, rencana itu bertolak belakang dengan strategi Starmer, yang mengusulkan “koalisi negara-negara yang bersedia” untuk mendukung keamanan Ukraina pascaperang.

Witkoff menolak gagasan tersebut dan menegaskan NATO sudah cukup untuk menangani ancaman di Eropa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *