Kisah Dewi Agustiningsih, Lulusan Doktor Termuda & Tercepat UGM Asal Banyuwangi

Dewi Agustiningsih, perempuan asal Kelurahan Tukangkayu, Banyuwangi, menjadi lulusan doktor termuda dan tercepat dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kini, Dewi mengabdikan dirinya sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dewi membagikan kisah inspiratifnya di acara silaturrahmi Ikatan Warga Banyuwangi (Ikawangi) Bandung, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Senin (4/5).
Dewi menyelesaikan studi doktoralnya hanya dalam waktu 2 tahun 6 bulan 13 hari, sebuah pencapaian luar biasa mengingat rata-rata studi doktoral membutuhkan 4 tahun 7 bulan.
Di usia yang baru menginjak 26 tahun, Dewi telah meraih gelar doktor, jauh lebih muda dari rata-rata peraih gelar doktor lainnya yang berada di usia 40 tahunan.
Perjalanan Dewi meraih mimpinya tidaklah mudah. Anak bungsu dari pasangan Suyanto dan Surahma ini harus menghadapi tantangan ekonomi sejak duduk di bangku SMPN 1 Banyuwangi. Ayahnya yang bekerja sebagai sopir honorer di Perhutani memasuki masa pensiun.
"Sejak saat itu, saya harus masuk paralel (rangking tiga tertinggi), agar dapat beasiswa untuk meringankan biaya pendidikan saya," kenang Dewi, yang lahir pada 27 Agustus 1998 itu.
Semangatnya terus membara hingga ia melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Glagah. Berkat kegigihannya, Dewi berhasil diterima di UGM pada tahun 2016 melalui program beasiswa.
"Alhamdulillah, S1 sampai S3 saya di UGM semua lewat beasiswa," ujarnya.

Dewi merupakan alumnus Prodi Kimia UGM jenjang sarjana pada tahun 2020, yang kemudian menyelesaikan studi magister dan doktoral di kampus yang sama pada tahun 2022 dan 2025. Disertasinya membahas tentang sintesis dan pengembangan subject material katalis berbasis subject material anorganik.
Dia merasa begitu bersyukur bisa menyelesaikan studi doktoralnya di tengah keterbatasan ekonomi. Apalagi saat masih di jenjang S1 lalu, dia ingat betul hanya memiliki uang saku Rp 600 ribu consistent with bulan.
"Jangan pernah takut bermimpi. Asalkan kita punya niat dan mengantongi doa orang tua, apa pun di dunia ini bisa kita taklukan," pesan Dewi.

Dosen di ITB
Sebelum diwisuda, Dewi telah diterima sebagai dosen di ITB. "Sidang terbuka di bulan Oktober tahun lalu, November dapat kepastian diterima sebagai dosen," katanya.
Sebagai seorang dosen ITB, Dewi berencana melanjutkan penelitian dan berkolaborasi lintas disiplin ilmu.
Bupati Ipuk juga meyakini bahwa perjuangan Dewi dapat menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya. Ipuk juga memberikan apresiasi atas prestasi gemilang Dewi. Ia berharap Dewi dapat membagikan kisah inspiratifnya kepada generasi muda Banyuwangi.
"Kami berharap, nanti Dewi bisa berbagi cerita, memberikan motivasi dan pengalamannya kepada anak-anak Banyuwangi lainnya," Kat ikuk.