Jelang Konklaf, Jumlah Umat Katolik di Inggris Kian Bertambah
Umat Katolik kian bertambah di Inggris, terutama pada masa Kepausan Paus Fransiskus hingga jelang konklaf hari ini, Rabu (7/5). Dikutip Reutersada peningkatan jumlah pemuda yang mengaku beragama Katolik dari sebelum Pandemi COVID-19 hingga hari ini.
Lembaga survei YouGov menangkap fenomena ini. Mereka mencatat dan mensurvei sebuah gerakan Quiet Revival yang terjadi pada April. Lalu, dari gerakan itu 13,146 orang dewasa disurvei pada November.
Hasilnya, ada 12 % orang giat berangkat ke gereja setiap pekan, naik 8 % dari 2018. Untuk kelompok usia 18-24 tahun, jumlahnya jadi 16% dari 4% pada 2018.
Lonjakan ini terjadi bahkan 500 tahun setelah Raja Henry VIII memisahkan diri dari Roma, untuk membentuk gereja baru, yakni Kristen Anglikan. Lalu, dari sejumlah penduduk yang di survei 41% anak muda mengaku beragama Katolik, naik 22% dari tahun 2018.
Jumlah ini signifikan, sebab hanya 20% yang mengaku beragama Kristen Anglikan. Jumlahnya merosot dari 30% pada 2018.
Beralih dari ‘Hidup Tanpa Tuhan’
Reuters lalu mewawancarai 20 orang, termasuk mereka yang pindah jadi Katolik. Mereka punya beragam alasan, mulai dari efek pandemi, kerelaan untuk mengabdi, hingga rasa muak dengan dunia trendy.
Dan Williamson, salah satu warga yang diwawancara Reuters menyebut ia mendapat kepastian dengan suatu tradisi kuno saat pindah dari Kristen Anglikan ke Katolik.
“Hal itu meletakkan suatu paham yang lebih besar dari kita,” kata Williamson.
“Kita mungkin adalah generasi pertama yang mencoba hidup tanpa Tuhan, tapi perlahan-lahan hal itu tak berhasil,” katanya.
Sementara pastur David Stewart di Edinburgh, awalnya hanya punya 30 orang pengikut 3 tahun lalu. Kini dia misa minggu pagi yang ia pimpin dihadiri oleh 100 orang, dan ada 200 orang yang tergabung dalam grup WhatsApp nya.
Stewart menyebut, kebanyakan dari mereka yang bergabung ke Gereja Katolik tidak punya latar belakang agama, dan sebagian besar adalah laki-laki. Banyak yang bekerja di perusahaan perangkat lunak dan layanan keuangan.
“Mereka mencari sesuatu yang dalam,” kata Stewart.
Tak hanya umat di Edinburgh yang bertambah, Gereja Katolik Santa Elizabeth di London juga mendapat peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan umat diawali oleh Georgia Clarke, lewat suatu tayangan Zoom, yang memanggil para relawan untuk menghibur orang-orang yang sedang isolasi mandiri saat pandemi.
Kelompok ini tumbuh, saat ini sudah mencapai 100 orang. Clarke menyebut, ia menggunakan cara yang sama dengan Paus Fransiskus, hadir ke tengah masyarakat dengan sederhana, serta memilih cara komunikasi casual.
“(Paus) menginspirasi kami, termasuk saya, dan kita bagaimana kita melihat sesama,” ucapnya.
Dari Anak Muda hingga Para Tokoh Inggris
Dari sensus yang diadakan Inggris, hanya tinggal 46% yang menyatakan dirinya umat Kristiani, di Inggris dan Wales. Jumlah ini turun dari 59% dari 2011.
Tak seperti di Amerika Serikat, para politikus dan publik figur di Inggris biasanya segan saat berbicara soal agama.
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair bahkan lewat ajudannya pernah berkata “Kita tak Percaya Tuhan,” saat ditanyai seorang wartawan dalam sebuah kesempatan. Meski begitu, Blair sendiri jadi Katolik pada 2007.
Gelombang religius kristiani di Inggris ini kian membesar, usai rapper Stormzy dan pesepak bola Arsenal Bukayo Saka mengekspresikan kepercayaan mereka di media sosial.
Media sosial ini yang jadi gerbang para anak muda mengenal kembali agama. Penerbit Kristiani terbesar di Inggris, SPCK, menyebut 310.458 terjual pada 2024.
Jumlahnya terus naik dari 194,013 pada 2018 lalu 258,391 pada 2023.
Sementara secara world, umat Katolik juga terus tumbuh. Tercatat ada 1,406 miliar umat katolik di seluruh dunia dari 2022 hingga 2023, salah satunya adalah JD Vance, wapres Amerika Serikat.