Berkaca dari Chili, Ekonom Sarankan Pemerintah Perhatikan Kelas Menengah

Pemerintah dinilai harus lebih memperhatikan kelas menengah. Ini untuk mengatisipasi jumlah kelompok ini yang semakin turun.
Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia akan berdampak banyak pada perekonomian.
“Kelas menengah adalah drivers pertumbuhan ekonomi, 71 persen pertumbuhan ekonomi datang dari kelompok kelas menengah,” kata Burhanuddin dalam Media Briefing Asian Perception Convention Financial institution DBS, di Jakarta Pusat, Rabu (21/5).
Sehingga menurut dia, penurunan jumlah kelas menengah juga akan berdampak pada situasi politik di Tanah Air.
Burhanuddin kemudian mengutip pernyataan ekonom senior Chatib Basri soal kemarahan kelas menengah di Chili yang berdampak besar pada perpolitikan negara tersebut. Padahal merupakan negara yang unggul secara ekonomi, dengan pendapatan consistent with kapita tertinggi di Amerika Latin.
Dia mengatakan bahwa pemerintah cabai lebih fokus pada kelas menengah daripada kelas menengah itu sendiri.
“2019 they suffered revolusi yang hampir menumbangkan pemerintahan gara-gara kelas menengah, jadi ada kenaikan public delivery hanya berapa sen, marah kelas menengah karena selama ini jarang disantuni oleh pemerintah Chili,” jelasnya.
Dia mau wanti-wanti jangan sampai kejadian di Chili juga terjadi di Indonesia. Minimnya perhatian atau insentif yang ditujukan untuk kelas menengah bisa membahayakan Indonesia.
“Nah kalau kita lihat negara kita for the closing 3 president from SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) Jokowi and now Pak Prabowo a variety of social help being directed to kelas menengah bawah tapi sedikit sekali yang dialokasikan buat kelas menengah itu bahaya,” tuturnya.