Hamas Inginkan Gencatan Senjata Permanen di Gaza, AS Menolaknya


Warga Palestina dan pejuang Hamas berkumpul di lokasi penyerahan dua sandera Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, sebagai bagian dari pembebasan tawanan ketujuh pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
Warga Palestina dan pejuang Hamas berkumpul di lokasi penyerahan dua sandera Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, sebagai bagian dari pembebasan tawanan ketujuh pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP

Hamas memberikan tanggapan atas usulan gencatan senjata di Gaza yang didukung Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (31/5). Namun, negosiator utama AS merespons tanggapan tersebut dengan penolakan.

Hamas tidak mengatakan telah menerima usulan dari utusan AS Steve Witkoff, tetapi sumber Hamas mengatakan bahwa tanggapan pihaknya positif, sambil menekankan perlunya gencatan senjata permanen.

Dikutip dari Afpdua sumber yang dekat dengan negosiasi tersebut mengatakan proposal Witkoff melibatkan gencatan senjata selama 60 hari, yang berpotensi diperpanjang hingga 70 hari.

Hal tersebut mencakup pembebasan lima sandera hidup dan sembilan mayat sebagai ganti sejumlah tahanan Palestina selama minggu pertama, diikuti oleh pertukaran kedua pada minggu berikutnya.

Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff berbicara dalam Pertemuan Puncak Prioritas FII di Miami Beach, Florida, Kamis (20/2/2025). Foto: Chandan Khanna/AFP
Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff berbicara dalam Pertemuan Puncak Prioritas FII di Miami Seashore, Florida, Kamis (20/2/2025). Foto: Chandan Khanna/AFP

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas menolak proposal Witkoff itu. Israel pada hari Jumat memperingatkan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut dan membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza "atau hancur".

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Hamas mengatakan telah memberikan tanggapan atas proposal Witkoff tersebut.

"Sebagai bagian dari perjanjian ini, 10 tahanan hidup dari pendudukan yang ditahan oleh perlawanan akan dibebaskan, selain pengembalian 18 jenazah, sebagai ganti sejumlah tahanan Palestina yang disepakati," Kata Hamas.

Seorang sumber dalam biro politik Hamas mengatakan bahwa mereka telah menawarkan tanggapan positif kepada Witkoff. "Tetapi dengan penekanan pada jaminan gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel," kata sumber itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato politik saat Hari Peringatan Israel untuk mengenang Prajurit yang gugur di Tugu Peringatan Yad LaBanim, Yerussalem, Israel, Selasa (29/4/2025). Foto: Abir Sultan/POOL/AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato politik saat Hari Peringatan Israel untuk mengenang Prajurit yang gugur di Tugu Peringatan Yad LaBanim, Yerussalem, Israel, Selasa (29/4/2025). Foto: Abir Sultan/POOL/AFP

Witkoff kemudian mengatakan permintaan Hamas tersebut "sama sekali tidak dapat diterima dan hanya membawa kita mundur". Dia mendesak Hamas untuk menerima proposalnya saja.

"Itulah satu-satunya cara kita dapat menutup kesepakatan gencatan senjata 60 hari dalam beberapa hari mendatang di mana setengah dari sandera yang masih hidup dan setengah dari mereka yang telah meninggal akan pulang ke keluarga mereka dan di mana kita dapat melakukan… negosiasi substantif dengan itikad baik untuk mencoba mencapai gencatan senjata permanen," tambahnya dalam sebuah posting di X.

Hamas telah lama menyatakan bahwa kesepakatan apa pun harus meletakkan jalan menuju akhir perang secara permanen.

Namun Israel menolak keras prospek itu, dengan bersikeras pada perlunya menghancurkan kelompok itu untuk mencegah terulangnya serangan Oktober 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *