Haji Dadakan: Panggilan Tak Terduga



Di Tanah Suci, saya menyaksikan kerendahan hati yang tak bisa diajarkan dalam dunia akademik, pangkat sosial, atau standing ekonomi. Semua manusia mengenakan pakaian yang sama, berdiri di tempat yang sama, dan bersimpuh di hadapan Tuhan yang sama. Wukuf di Arafah menjadi puncak perenungan saya. Di bawah terik matahari yang menyengat, saya menangis. Bukan karena kelelahan, tapi karena merasa “ditemukan” oleh Allah, di tengah fase hidup yang paling sibuk dan paling sepi sekaligus. Haji ini mengajari saya untuk lebih percaya pada keajaiban yang datang dari niat yang tulus. Bahwa Allah tak menunggu kesiapan materi, tetapi kesiapan hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *