Melihat Peluang Durian RI Bisa Caplok Pasar Konsumen di China

Cina merupakan importir terbesar durian di dunia. Negara dengan miliaran penduduk itu mengimpor sekitar 1,56 juta ton durian pada 2024, atau naik 9,4 persen dibanding tahun 2023.
Sekitar 98,5 persen di antaranya berasal dari Thailand dan Vietnam. Sementara itu Indonesia yang merupakan negara penghasil durian utama di dunia, sedang berupaya mencaplok potensi pasar China yang amat besar.
Sejumlah pelaku industri perdagangan durian di China menyatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 100 jenis durian yang berkualitas, seperti durian merah, durian kuning, bahkan durian Montong dan Musang King yang sudah terkenal di China juga dapat ditemukan di Indonesia.
Kondisi alam yang unggul membuat kualitas durian Indonesia cukup terjamin. Puncak musim matang durian Indonesia yang berbeda dengan Thailand dan Vietnam pun membuka peluang lain bagi durian Indonesia untuk dapat memasuki pasar China.
Ekspor Durian

Ekspor durian Indonesia relatif tumbuh dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan knowledge Badan Pusat Statistik (BPS), baik dari sisi quantity maupun nilai ekspor mengalami pertumbuhan.
Momentum ekspor durian terbesar terjadi pada 2024. Quantity ekspor tercatat sebesar 590.528 kg, meningkat tipis dari tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan nilai ekspornya yang melonjak tajam menjadi USD 1.817.191 sekitar Rp 29,6 miliar.
Dengan demikian tahun 2020 hingga 2024, overall quantity ekspor durian Indonesia mencapai 1.541.458 kg. Dari sisi nilai, overall ekspor dalam periode yang sama tercatat sebesar USD 3.455.212 atau sekitar Rp 56,55 miliar.
China Buka Akses Impor Durian Beku dari RI

Akses ekspor durian beku Indonesia ke pasar Tiongkok resmi terbuka, menyusul penandatanganan naskah Protokol Ekspor antara Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan Normal Management of Customs of the Other people's Republic of China (GACC).
Kesepakatan ini ditandatangani oleh Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean, dan Menteri GACC, Solar Meijin.
Penandatanganan protokol tersebut disaksikan Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Li Qiang, saat dia berkunjung ke Indonesia.
Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean, menyampaikan bahwa kesepakatan ini menunjukkan pengakuan otoritas karantina Tiongkok terhadap integritas sistem pengawasan pangan di Indonesia, khususnya terkait ekspor durian beku.
Kata Sahat, dengan disepakatinya Protokol Ekspor Durian Beku ini, GACC Tiongkok mempercayakan Barantin sebagai lembaga otoritas di Indonesia yang akan mengawasi aspek keamanan pangan secara terintegrasi dengan jaminan kesehatan produk asal tumbuhan atau aspek karantinanya.
Proses selanjutnya, Barantin bakal menerbitkan Phytosanitary Certificates atau sertifikat kesehatan tumbuhan untuk setiap pengiriman durian beku ke Tiongkok.
Sertifikat ini menjamin produk yang diekspor berasal dari kebun dan rumah kemas yang telah teregistrasi dan memenuhi standar keamanan.
Proses ini melibatkan kerja sama lintas kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, Kementerian Perdagangan, serta Pemerintah Daerah.
Dengan terbukanya jalur ekspor ke Tiongkok ini, diharapkan bisa mendorong iklim investasi yang lebih sehat di sektor hortikultura. Selain itu, kebijakan ini berpotensi meningkatkan devisa dan kesejahteraan petani lokal.
Pulau Jawa dan Sumatera Jadi Sentra Produksi Durian

Produksi komoditas durian di Indonesia terus mencatatkan tren positif selama lima tahun terakhir, dengan Pulau Jawa dan Sumatera penopang utama pertumbuhan tersebut.
Berdasarkan knowledge Badan Pusat Statistik (BPS), dari tahun 2020-2024, produksi durian nasional meningkat signifikan, dan dominasi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, serta Sumatera Barat.
Pada tahun 2020, overall produksi nasional komoditas durian mencapai 11.333.949 kuintal. Tiga sentra produksi terbesar adalah Jawa Timur dengan 2.757.954 kuintal, Jawa Tengah 1.381.000 kuintal, dan Sumatera Barat 1.314.302 kuintal.
Setelah ketiganya, provinsi dengan produksi tertinggi berikutnya adalah Sumatera Utara yang menghasilkan 746.747 kuintal dan Sulawesi Selatan dengan 739.098 kuintal.
Tahun 2021, produksi meningkat menjadi 13.530.370 kuintal. Jawa Timur masih unggul dengan 2.753.190 kuintal, disusul oleh Sumatera Barat sebanyak 1.707.070 kuintal, dan Jawa Tengah dengan 1.591.994 kuintal.
Di luar tiga besar, Sumatera Utara menempati posisi keempat dengan 1.196.324 kuintal, sementara Jawa Barat menyusul dengan 867.848 kuintal.
Pada tahun 2022, overall produksi nasional tercatat 15.821.718 kuintal. Jawa Timur mencetak lonjakan produksi hingga 4.199.129 kuintal, Sumatera Barat di posisi kedua dengan 2.196.381 kuintal, dan Jawa Tengah 1.817.126 kuintal.
Provinsi lain yang ikut mencatat produksi besar di tahun ini adalah Sumatera Utara dengan 1.193.710 kuintal dan Jawa Barat sebesar 803.337 kuintal.
Memasuki tahun 2023, dominasi Pulau Jawa semakin terlihat. Dari overall produksi nasional sebesar 18.520.453 kuintal, Jawa Timur memimpin dengan 4.883.561 kuintal, disusul Jawa Tengah sebanyak 1.979.631 kuintal, dan Jawa Barat dengan 1.586.931 kuintal.
Sumatera Utara mencatatkan angka 1.373.528 kuintal dan Sulawesi Selatan sebanyak 889.687 kuintal, menempatkan mereka sebagai daerah dengan kontribusi signifikan setelah tiga sentra utama.
Tahun 2024 mencatat rekor tertinggi dengan overall produksi sebesar 19.617.055 kuintal. Jawa Timur mencatat angka tertinggi yaitu 5.805.095 kuintal, diikuti Jawa Tengah dengan 1.925.304 kuintal dan Jawa Barat dengan 1.262.507 kuintal.
Setelah ketiganya, Sulawesi Selatan mencatat produksi besar dengan 1.083.009 kuintal, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 890.037 kuintal dan Sumatera Barat yang mulai bangkit kembali dengan 844.374 kuintal.
Selama lima tahun terakhir, provinsi-provinsi seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat tampil sebagai kontributor utama setelah tiga sentra terbesar.
Perlu Penataan Logistik

Persoalan pengiriman durian dari Indonesia menjadi salah satu yang harus diperbaiki. Mengutip Di antara, Shanghai Xinhaifeng Container Delivery Co., Ltd, menilai rute pengiriman durian dari Indonesia masih perlu ditata, terutama dalam hal biaya dan efisiensi.
Manajer umum Xinhaifeng cabang Nanning, Li Chaofei, mengatakan saat ini yang jalur pengiriman durian dengan kontainer berpendingin yang sudah cukup matang adalah dari Thailand dan Malaysia.
Adapun Shanghai Xinhaifeng Container Delivery Co., Ltd merupakan perusahaan China yang telah lama terlibat dalam bisnis pengiriman durian Thailand, Vietnam, dan Malaysia ke Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.
Tantangan lainnya adalah keselarasan standar buah antara industri durian Indonesia dan persyaratan dari kepabeanan China. Sejumlah laporan menyatakan bahwa pihak Indonesia dan China sedang bernegosiasi perihal impor-ekspor durian beku dari Indonesia ke China dan perundingan itu berjalan lancar.
"Jika nantinya durian Indonesia dapat dihadirkan di pasar China, diharapkan para konsumen akan memiliki opsi baru apabila durian Indonesia menunjukkan keunggulan komparatifnya," demikian disampaikan beberapa analis pasar di China.