CIMB Team Sebut RI Punya Harapan Genjot Ekspor, usai AS Turunkan Tarif Jadi 19%


Tim memimpin pendapatan tetap CIMB Group Holdings Berhad, ng boon hoa sambil menjelaskan prospek pasar ASEAN di CIMB Tower, Kuala Lumpur, Senin (21/7) DOC: CIMB Group
Tim memimpin pendapatan tetap CIMB Team Holdings Berhad, ng boon hoa sambil menjelaskan prospek pasar ASEAN di CIMB Tower, Kuala Lumpur, Senin (21/7) DOC: CIMB Team

Pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan dagang baru dengan Amerika Serikat. Tarif ekspor yang sebelumnya dikenakan sebesar 32 persen, kini dipangkas menjadi 19 persen. Langkah ini dinilai sebagai angin segar di tengah tekanan perdagangan world akibat perang tarif jilid dua ala Trump.

Tim memimpin pendapatan tetap CIMB Team Holdings Berhad, Ng Boon Hoa, menyebut kesepakatan ini bisa jadi katalis positif bagi daya saing ekspor Indonesia, yang selama ini tertahan akibat beban tarif tinggi.

“Ini langkah yang bagus. Penurunan tarif jadi 19 persen akan memberikan dukungan bagi daya saing ekspor Indonesia ke depan,” ujar Ng dalam gelaran CIMB Team Media Day 2025, di Kuala Lumpur seperti yang dikutip, Kamis (24/7).

Meski begitu, Ng mengingatkan bahwa dampaknya tidak akan langsung terasa dalam waktu dekat. Ia menyebutkan Indonesia masih menghadapi tantangan lain, seperti lesunya konsumsi kelas menengah dan tekanan pelemahan rupiah.

“Stimulus pemerintah memang terus digelontorkan, tapi tetap tertahan oleh aksi jual investor asing. Untuk bisa bangkit, stimulus fiskal perlu dipercepat,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama ia memproyeksi ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 4,8 persen. Namun pertumbuhan itu masih dibayangi capital outflow yang terjadi sepanjang semester pertama 2025.

Ng Boon turut menambahkan, aliran dana asing yang keluar akan berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

Menurut analisisnya, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS hingga akhir tahun akan bergerak pada rentang Rp 16.500 (kuartal III 2025) – Rp 16.420 (kuartal IV 2025).

"Kami sangat yakin untuk membalikkan keadaan ini, stimulus fiskal perlu [digenjot untuk] memberikan ruang yang lebih luas, dan itu akan membantu mengatasi tren konsumsi kelas menengah yang melambat," ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *