Tawa Pramono saat Dengar Jawaban Anak yang Ingin Jadi Gubernur di FHA 2025

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengajak tiga anak naik ke panggung utama kumparanMOM Pageant Hari Anak 2025 (FHA 2025) di Ex Taman Anggrek, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Sabtu (26/7).
Dalam sesi interaktif itu, Pramono mengajak mereka berbincang santai soal mimpi, transportasi, hingga cita-cita masa depan.
Salah satu bocah bernama Fahri mencuri perhatian saat ditanya mengapa ingin menjadi gubernur.
“Mau masukin anak yang nakal ke barak militer,” jawab Fahri lantang.
Tawa Pramono pun meledak seketika. Ia langsung memanggil Fahri untuk mendekat dan duduk di pangkuannya.
“Hahahaha, barak militer. Jadi anak yang nakal mau kamu masukin barak militer. Sini, sini, sini. Kenapa mau kamu masukin ke barak militer?” kata Pramono sambil memangku Fahri.
“Biar enggak nakal,” ucap Fahri singkat.
Fahri datang dari Tangerang naik kereta. Ia bercerita sudah mencoba MRT, TransJakarta, hingga TransJabodetabek.
“Jadi nanti kamu bilang sama teman-temanmu, sama saudara-saudaramu, pokoknya bilang kalau mau ke Jakarta jangan naik kendaraan pribadi. Naik aja kendaraan yang sudah ada nyaman dan cepat. Benar, enggak?” tutur Pramono.

Sebelumnya, Pramono juga mengajak dua anak lainnya untuk menyemarakkan panggung. Ia meminta para anak-anak untuk mendukung klub bola Persija yang akan bertanding melawan Arema pada Sabtu sore.
“Kamu Persija enggak? Kamu Persija enggak? Kita teriak Persija juara, karena habis ini acara Persija,” kata Pramono dengan riang.
“Persija juara!” jawab kompak ketiga bocah.
Pramono lalu berbincang dengan Sultan, salah satu anak yang juga naik ke atas panggung.
“Nanti kalau besar Sultan mau jadi apa? Jadi gubernur mau enggak?” tanya Pramono kepada Sultan.
Sultan pun mengangguk dan menyetujui ucapan Pramono.
“Kayak bapak gini jadi gubernur, kalau udah jadi gubernur. Jakarta mau diapain? Kalau ada taman-taman yang kurang segar, kurang bersih mau diapain?" tanya Pramono.

“Disiram,” ujar Sultan dengan polos. Pengunjung pun langsung tertawa dan memberikan tepuk tangan yang meriah.
Pramono lalu memberi pesan penting soal menghormati orang tua.
“Bapak ibumu sayang sekali enggak? Nurut enggak? Kalau besar mau jadi anak saleh ya? Yang paling penting Sultan, pengalaman Bapak Gubernur bisa menjadi Gubernur karena doa bapak dan ibu. Pokoknya kamu harus nurut sama bapak dan ibu ya,” pesan Pramono kepada Sultan.
Mendengar itu, Sultan tampak berkaca-kaca, Pramono pun langsung bertanya,
“Kok Sultan mau nangis, kenapa?” tanya Pramono.
Jawaban anak kecil itu pun langsung memicu tawa, baik Pramono dan juga para pengunjung.
“Panas,” jawab Sultan.
“Panas doang, kirain terharu,” ujar Pramono disambut tawa penonton.
Pramono pun mendoakan dan berharap, setiap anak-anak dapat berhasil menggapai cita-citanya di masa depan.
“Jadi anak-anakku sekalian, sekali lagi bapak mendoakan kalian semua menjadi anak yang nurut sama orang tua dan cita-citanya terkabul, apa pun yang dicita-citakan. Terima kasih bagi anak-anak yang hebat, yang pemberani,” tutup Pramono.
Seusai mengajak anak-anak naik ke panggung, Pramono juga membagikan aktivitas favoritnya bersama para cucunya.
“Saya kalau dengan cucu naik kuda-kudaan, dan saya yang jadi kudanya. Yang kedua, saya mendongeng kepada cucu,” kata Pramono.
“Dan yang ketiga, kalau cucu datang ke tempat saya, kebebasan dia peroleh. Karena kalau sama bapak ibunya nggak boleh, sama saya, sama kakeknya, boleh apa aja,” kata Pramono sambil tersenyum.
Cerita tersebut disampaikannya usai mengungkap harapan agar Pageant Hari Anak menjadi ruang terbuka dan berkelanjutan bagi anak-anak Jakarta.
“Tentunya saya, menaruh harapan bahwa kegiatan yang seperti ini membuka ruang yang cukup lebar, cukup terbuka bagi anak-anak Jakarta dan pasti saya akan memberikan dukungan, mendukung sepenuhnya,” tutur Pramono.
Ia menilai kebahagiaan dan ruang berekspresi yang diberikan kepada anak menjadi fondasi penting dalam menyiapkan masa depan bangsa.
kumparanMOM Pageant Hari Anak 2025 menjadi momentum baginya tidak hanya untuk merayakan keceriaan anak-anak, tetapi juga merefleksikan peran orang tua dan kakek-nenek dalam mendampingi tumbuh kembang generasi penerus.