Eks Pemain Oriental Circus Indonesia Ngadu soal Dugaan Penyiksaan ke WamenHAM
Sejumlah mantan pemain sirkus dari Oriental Circus Indonesia (OCI) menemui Wakil Menteri Hak Asasi Manusia, Mugiyanto, di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, Selasa (15/4). Mugiyanto menerima pengaduan terkait dugaan tindakan kekerasan yang dialami mereka sejak 1970-an silam.
“Jadi kami menegaskan permintaan maaf kepada mereka, karena kami harus meminta mereka menyampaikan testimoni. Testimoni tentang hal-hal yang bersifat traumatik yang menyakitkan, yang pahit itu kan tidak mudah,” ujar Mugiyanto kepada wartawan.
Mugiyanto mengaku terpaksa harus mendengarkan cerita masa kelam dari para mantan pemain sirkus itu. Hal ini diperlukan sebagai bukti adanya pelanggaran HAM.
“Jadi kami dengarkan dari mereka, ada kemungkinan banyak sekali tindak pidana yang terjadi di sana. Banyak kekerasannya,” ungkap Mugiyanto.
“Ada aspek-aspek yang penting juga, yang orang tidak pikirkan, itu soal identitas mereka. Padahal, identitas seseorang adalah hal dasar. Mereka tidak tahu asal usul, tidak tahu orang tuanya beberapa dari mereka,” tambah dia.
Bakal Panggil Taman Safari
Sebagai tindak lanjut, Mugiyanto mengatakan akan memanggil pihak Taman Safari Indonesia terkait adanya dugaan pelanggaran HAM ini. Sebab, OCI mengaku bekerja di bawah naungan Taman Safari Indonesia.
“Kita akan mengundang pihak Taman Safari Indonesia, terkait laporan para korban ini, dan juga terkait rekomendasi yang dikeluarkan Komnas HAM. Jadi kami berharap, semua pihak mematuhimematuhi hak -hak aspek hak asasi manusia, “katanya.
Dia berharap agar kasus ini bisa segera dituntaskan dan hak-hak para korban bisa dipulihkan.
“Dan peristiwa seperti ini jangan terjadi lagi lah. Ini kan ironis bagi masyarakat ya, kita melihat sirkus keren bagus, tapi ternyata di dalamnya yang diceritakan tadi kan, sedih karena itu mengerikan,” tuturnya.
Senior VP Advertising and marketing Taman Safari Indonesia Workforce, Alexander Zulkarnain, masih belum bisa berkomentar terkait kasus ini.
“Kami akan tanggapi satu dua hari ke depan untuk jawabannya. Terima kasih,” kata Alexander saat dihubungi, Selasa (16/4).
Namun pada 27 Maret lalu, Taman Safari Indonesia telah memberikan pernyataan terkait pengakuan para mantan pemain sirkus tersebut. Berikut pernyataan mereka:
Taman Safari Indonesia Workforce Klarifikasi Informasi yang Beredar di Media Sosial
Jakarta, 27 Maret 2025 — Menyikapi beredarnya sebuah video di media sosial yang menyebut nama Taman Safari Indonesia Workforce dalam konteks permasalahan yang melibatkan individu tertentu, dengan ini kami menyampaikan klarifikasi kepada masyarakat, mitra, serta seluruh pemangku kepentingan.
Taman Safari Indonesia Workforce sebagai perusahaan ingin menegaskan bahwa kami tidak memiliki keterkaitan, hubungan bisnis, maupun keterlibatan hukum dengan ex pemain sirkus yang disebutkan dalam video tersebut.
Perlu kami sampaikan bahwa Taman Safari Indonesia Workforce adalah badan usaha berbadan hukum yang berdiri secara independen dan tidak terafiliasi dengan pihak yang dimaksud. Kami memahami bahwa dalam video tersebut terdapat penyebutan nama-nama individu.
Namun, kami menilai bahwa permasalahan tersebut bersifat pribadi dan tidak ada kaitannya dengan Taman Safari Indonesia Workforce secara kelembagaan. Adalah hak setiap individu untuk menyampaikan pengalaman pribadinya, namun kami berharap agar nama dan reputasi Taman Safari Indonesia Workforce tidak disangkutpautkan dalam permasalahan yang bukan menjadi bagian dari tanggung jawab kami terutama tanpa bukti yang jelas karena dapat berimplikasi kepada pertanggung jawaban hukum.
Taman Safari Indonesia Workforce selalu berkomitmen untuk menjalankan kegiatan usaha dengan mengedepankan prinsip Excellent Company Governance (GCG), kepatuhan hukum, serta etika bisnis yang bertanggung jawab. Selama lebih dari 40 tahun, kami senantiasa mengutamakan konservasi, edukasi, dan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara.
Kami mengajak masyarakat untuk bersikap bijak dalam menyikapi informasi yang beredar di ruang virtual dan tidak mudah terpengaruh oleh konten yang tidak memiliki dasar fakta maupun keterkaitan yang jelas.