Populer: Qatar Ingatkan Pasokan Gasoline Seret; APBN Bisa Jebol karena AS Serang Iran
Selain itu, berita mengenai serangan militer Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran memicu kekhawatiran serius terhadap stabilitas fiskal Indonesia, juga ramai dibaca. Berikut rangkumannya.
Qatar Siaga Perang, Pasokan Gasoline Dunia Terancam Akibat Ketegangan Israel-Iran
Jika ekspor LNG Qatar terganggu, sekitar 20 persen pasokan fuel dunia berpotensi terhenti. Qatar saat ini merupakan eksportir LNG terbesar di dunia, yang menyalurkan fuel dari cadangan fuel terbesar international.
“QatarEnergy memastikan bahwa pemerintah asing sepenuhnya menyadari implikasi dan dampak situasi serta eskalasi lebih lanjut yang ditimbulkan terhadap produksi fuel dari Qatar,” ujar seorang diplomat yang enggan disebutkan namanya karena isu ini bersifat sensitif, dikutip Reuters, Minggu (22/6).
Sementara itu, QatarEnergy belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari media. Namun, Kaabi dilaporkan telah menemui sejumlah duta besar negara-negara yang perusahaannya terlibat dalam proyek ekspansi Lapangan Utara QatarEnergy. Proyek ini akan mendongkrak kapasitas ekspor LNG Qatar sebesar 82 persen dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, Qatar memproduksi sekitar 77 juta ton LNG in step with tahun.
Serangan AS ke Iran Bisa Bikin APBN Jebol karena Harga Minyak Melonjak
Lonjakan harga minyak mentah dunia sebagai imbas dari konflik ini berisiko mengoyak Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang disusun dengan asumsi harga minyak Indonesia (ICP) hanya sebesar USD 82 in step with barel.
Kepala Ekonom Financial institution Permata, Josua Pardede, mengatakan jika konflik terus memanas, harga minyak bisa menembus USD 100 in step with barel. Bahkan berisiko mencapai USD 130 apabila Iran memutuskan menutup Selat Hormuz yakni jalur strategis yang mengalirkan sekitar 20 persen pasokan minyak international.
Pemerintah, menurut dia, perlu menyiapkan opsi respons fiskal, termasuk kemungkinan revisi APBN, peningkatan pembiayaan defisit, atau pemotongan belanja lain yang bersifat tidak prioritas. Dengan tekanan harga energi yang tinggi, subsidi energi juga bisa membengkak dan mempersempit ruang fiskal untuk program pembangunan lain.