Tembus Segara Anakan demi Antarkan Bantuan Pangan

Tembus Segara Anakan demi Antarkan Bantuan Pangan


Tembus Segara Anakan demi Antarkan Bantuan Pangan
Bantuan pangan beras 10 kilogram dari Perum Bulog yang harus diantar menggunakan perahu compreng menembus Sagara Anak di Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (30/8/2024).(MI/Lilik Darmawan)

SEJUMLAH pekerja terlihat menurunkan kantong-kantong beras seberat 10 kilogram (kg) dari truk. Mereka memanggul dan menumpuknya di perahu compreng yang diparkir di dermaga kecil Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten, CilacapBahasa Indonesia: Jawa Tengah (Jateng) pada pertengahan Agustus lalu. Tumpukan itu sekitar 200 kantong atau beratnya mencapai 2 ton.

Setelah menumpuk, sopir perahu compreng menyalakan mesinnya. Ia harus berhitung dengan pasang surut air, agar beras membantu pangan bisa sampai kepada warga secara cepat. Karena jika air surut, maka perahu akan kandas dan tidak bisa jalan.

Deru perahu compreng yang berbahan bakar sun mulai terdengar. Pengemudi perahu secara mengarahkan jalan perahunya dari dermaga di Desa Grugu menuju ke Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut. Karena membawa bantuan beras yang cukup berat, perahu compreng harus pelan-pelan menyeberangi Segara Anakan, perairan yang memisahkan Cilacap dengan Kampung Laut.

Baca juga: Bulog Pantau Penjualan Beras SPHP di Pasar Gedhe Klaten

“Satu-satunya akses untuk ke Kampung Laut dari Cilacap adalah melewati perairan. Demikian juga dengan bantuan beras yang dipasok Gudang Bulog di Cilacap. Maka, pendistribusiannya harus dengan perahu compreng,” kata Dartim, 54, pengemudi compreng.

Menurutnya, untuk sampai ke tujuan di Desa Panikel membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam dari dermaga kecil di Desa Grugu. Perjalanan ke Panikel bukan tanpa kendala. Salah satunya adalah pasang surut.

“Kami biasanya mengirimkan pada saat laut pasang. Sebab, jika sedang surut biasanya perahu compreng akan kandas. Jika kandas, maka akan sulit untuk mengantarkan sampai tujuan,” ungkapnya.

Baca juga: Ibu Hamil Jatuh saat Antre Beras SPHP Bulog di Wirosari Grobogan

Di sepanjang perjalanan Segara Anakan, masih terdapat hutan mangrove yang cukup lebat. Dulunya, di kawasan ini menjadi habitat banyak buaya. Namun sekarang, reptil predator itu sudah sangat jarang terlihat.

Di Desa Panikel, masyarakat sudah menunggu untuk mendapatkan jatah beras seberat 10 kg. Jumlah penerima bantuan pangan (PBP) di desa itu sebanyak 1.011 keluarga.

“Kami sangat berterima kasih, karena kebanyakan warga di sini tidak memiliki sawah. Kalau pun ada, hanya sedikit. Pada umumnya, warga adalah nelayan kecil yang menangkap ikan, udang dan kepiting di sekitar kawasan hutan bakau di Segara Anakan,” ungkap Kasirin, 51, warga desa setempat.

Baca juga: Stok Beras Pedagang di Pasar Klaten Menipis

Tak hanya Desa Panikel, desa lain di Kampung Laut adalah Ujung Alang. Sama seperti ke Panikel, distribusi beras bantuan pangan ke Ujung Alang juga harus menggunakan perahu compreng.

Di desa setempat, ada sebanyak 617 keluarga PBP. Sama seperti pengakuan warga Desa Panikel, salah seorang penduduk Desa Ujung Alang, Tugiman, 47, mengatakan bahwa bantuan beras yang diterimanya sangat berarti.

“Kalau tidak ada bantuan, maka ya bingung. Karena saya tidak punya sawah, sehingga jika ingin makan harus membeli beras. Dengan adanya
bantuan pangan ini, maka setidaknya mengurangi beban sebagai warga kurang mampu. Kalau bantuan habis, kami baru membeli beras dengan harga Rp14 ribu hingga Rp15 ribu di sini,” jelasnya.

Baca juga: Bulog Banyumas Lakukan Stabilisasi Harga Beras

Sebagai nelayan, rata-rata dia hanya mendapatkan sekitar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu dari hasil tangkapan kepiting atau kisaran seberat 1 kilogram (kg).

Kepala Dusun Lempongpucung, Desa Ujung Alang, Wahyono mengakui warga di dusunnya sangat terbantu dengan adanya bantuan beras. Meski perjalanannya cukup berat karena harus melewati Segara Anakan dan hutan bakau yang lebat, tetapi tidak mengalami keterlambatan.

“Ini penting, supaya bantuannya langsung dapat dirasakan oleh warga,” katanya.

Menantang

Pemimpin Perum Bulog Cabang Banyumas Prawoko Setyo Aji mengakui distribusi bantuan pangan paling menantang di wilayah kerjanya adalah ke desa-desa di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.

“Akses untuk empat desa di Kampung Laut yakni Panikel, Ujung Alang, Ujung Gagak dan Klaces hanya bisa diangkut dengan perahu compreng. Salah satu kesulitannya adalah terbatasnya daya angkut perahu dan waktu pasang surut. Sekali waktu, ada perahu yang kandas karena laut posisi surut. Sehingga perahu harus ramai-ramai didorong sampai ke tengah, baru bisa bergerak lagi. Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi di wilayah kerja Bulog Banyumas,” kata Prawoko pada Jumat (30/8).

Diungkapkan oleh Prawoko, bantuan pangan di Kampung Laut diberikan kepada 2.539 keluarga di empat desa. Rinciannya adalah Desa Klaces sebanyak 209 keluarga, Panikel 1.011 penerima, Ujung Alang 617 keluarga serta Ujung Gagak 702 penerima. Masing-masing penerima mendapat 10 kg beras. General yang didistribusikan sebanyak 25.390 kg atau 25,39 ton in keeping with satu kali jatah. Pada 2024 ini, ada sebanyak 9 kali penyaluran. Yang belum terdistribusi pada Oktober dan Desember mendatang.

“Warga di Kampung Laut sangat terbantu, karena masyarakat di sana pada umumnya berprofesi sebagai nelayan. Sehingga beras harus membeli. Beruntung ada bantuan pangan sehingga benar-benar bisa mengurangi beban pengeluaran. Kalau pun ada petani di Kampung Laut, hasil panenan tidak sebanyak di wilayah daratan Cilacap,” ujarnya.

Untuk bantuan pangan di Kabupaten Cilacap, ada penyaluran bagi 196.685 PBP dengan masing-masing jatah 10 kg. Sementara di 4 kabupaten wilayah kerja Bulog Banyumas yang meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara totalnya sebanyak 692.843 PBP. (Lilik Darmawan/J-3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *