Membawa Kebaya dan Wastra Indonesia ke Paris

Membawa Kebaya dan Wastra Indonesia ke Paris


Membawa Kebaya dan Wastra Indonesia ke Paris
Busana karya Deden Siswanto. .(Dok.INDONESIA INTERNATIONAL MODEST FASHION FESTIVAL (IN2MF) 2024)

JAKET itu bernuansa adati yang kental dengan bukaan depan bergaya beskap dan motif batik berwarna emas di beberapa tempat. Padanan celananya bergaya agak longgar semata kaki dengan motif garis yang mengingatkan pada lurik.

Aksen kain di pinggang juga menambah unsur adati meski tampilan overall busana itu juga terkesan city kekinian.

Karya dari desainer Deden Siswanto itu ditampilkan dalam konferensi pers Entrance Row Paris 2024, Jumat (23/8), di Jakarta.

Ajang Entrance Row Paris 2024 akan berlangsung di Salle Wagram pada 7 September 2024. Rutin digelar setiap tahun sejak 2020, ajang ini merupakan kolaborasi Indonesian Model Chamber (IFC) dengan Ditali Cipta Kreatif untuk menjadi pintu bagi desainer dan jenama fesyen Indonesia meraih pembeli mancanegara, khususnya Eropa.

Koleksi Deden, yang juga salah satu pendiri IFC, bertajuk Jagad Nalendra yang berarti baginda alam. Batik yang digunakan merupakan perpaduan batik kamuning dan batik paseban.

Batik kamuning merupakan batik khas Kuningan dengan motif kuda, ikan dewa, bokor, dan plant life seperti akar dan bunga kemuning. Adapun batik paseban memiliki bermacam motif yang terinspirasi dari alam seperti motif akar dan api.

Selain Deden, jajaran pengurus IFC lain yang ikut menampilkan karya di Entrance Row Paris ialah Nationwide Chair Lenny Agustin, Ali Air of secrecy, dan Sofie. Kemudian akan tampil pula karya dari Gregorius Vici x Lucent Skin care, Testimo by way of Sari Batubara x Jims Honey, serta karya dari siswi sekolah mode yakni Binus College. Selain itu, Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV) Bisnis dan Pariwisata di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud-Ristek, yang membawa peserta didik dari SMKN 8 Makassar, SMKN 6 Padang, dan SMKN 1 Kendal.

Lenny Agustin menampilkan kebaya-kebaya aneh yang memang menjadi fokusnya selama beberapa tahun ini.

Dalam konfrensi pers, karya nya yang ditampilkan ialah kebaya hitam kutu baru dengan siluet bahu tegas yang dipadukan dengan rok pendek dengan aksen membuat bingung.

“Karena saya selalu memperjuangkan agar kebaya bisa menjadi salah satu type merchandise di industri mode, maka saya membawa kembali desain-desain modifikasi kebaya yang semoga dapat diterima dan dipakai oleh seluruh pencinta fesyen internasional,” ungkap Lenny kepada Media IndonesiaRabu (28/8).

Ali, yang merupakan Nationwide Chair IFC periode sebelumnya, menampilkan koleksi dengan unsur batik Yogyakarta. Koleksinya sendiri tampak bergaya lodge dengan atasan pendek, luar menjuntai dan celana harem. Palet warnanya hijau kekuningan hingga sage.

Busana sederhana

Pada 7 September 2024 pula di Salle Wagram, Paris, diselenggarakan Indonesia Global Modest Model Competition (Dalam2mf) 2024. Kemudian pada 8-10 September 2024 digelar pameran dagang internasional Siapa Berikutnya di Porte de Versailles, Paris.

Kedua ajang itu diselenggarakan oleh Financial institution Indonesia (BI) bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) RI serta IFC. Sesuai namanya, In2mf, ditujukan guna mempromosikan karya anggota Industri Kreatif Syariah Indonesia (Ikra) yang merupakan program pengembangan usaha syariah oleh BI. Jenama yang tampil merupakan anggota Ikra dikurasi ulang oleh Financial institution Indonesia bersama Dewan Ikra. Mereka ialah Batik Elegant, Yece by way of Yeti Topiah, Luvnic by way of Luffi , Brilianto, dan Jamilah x Prafi to by way of Tujuh Bersaudara. Selain itu, ada dua desainer lokal yang juga turut berpartisipasi, yaitu Itang Yunasz dan Wignyo. Kemenkop UKM RI menyertakan pula jenama binaannya, yakni Dama Kara. Adapun Dian Pelangi menjadi desainer tamu, juga label asal Paris, Dalinda.

Desainer Dian Pelangi akan menampilkan koleksinya bertajuk Gaya Jalanan Parisyang menyuguhkan perpaduan gaya kasual trendy dengan sentuhan budaya tradisional melalui penggunaan wastra tenun limar khas Palembang dan bahan jins. Dalam koleksi tersebut, Dian juga memanfaatkan kain perca sisa produksi menjadi aksen dekoratif berbentuk bunga-bunga besar. “Alhamdulillah senang banget di undang sama BI untuk ikut In2mf. Koleksi yang dibawa, aku selalu konsisten membawa kain-kain khas Palembang. Aku merasa udah menjiwai karena aku dari kecil udah akrab dengan kain songket, limar, jumputan, dan semacamnya,” kata Dian saat ditemui Media Indonesia seusai acara Media Amassing In2mf in Paris 2024 yang digelar di Raffles Jakarta, Jakarta Selatan, Selasa (26/8). Pada bahan jins itu ia masukkan motif songket.

“Aku terinspirasi dengan cara berpakaian orang Paris itu sendiri. Aku coba menyadur cara berpakaian mereka. Oh mereka senangnya pakai jaket jins dan denim-denim mereka suka, dan mereka suka kemeja kebesaran dan semacamnya,” lanjutnya.

Di samping itu, ia juga memasukkan gaya berpakaian gen Z. “Gen Z banget dengan hijab pakai topi, kacamata, terus pakai sepatu sepatu kets. Jadi memang kepengen targetnya ke gen Z. Apa-apa yang dipakai gen Z pasti viral. Jadi aku memanfaatkan itu juga untuk bisa menyatu dengan apa yang trending sekarang,” papar Dian.

Di sisi lain, jenama Dama Kara menghadirkan koleksi bertajuk Ramaniya yang menggunakan bahan tenun sutra Garut dan menampilkan motif pyramid dan motif gayatri. Limbah ampas kopi digunakan sebagai pewarna alami. “Kita ingin memperkenalkan bahwa dari sesuatu atau limbah yang tadinya tidak termanfaatkan, dengan sentuhan kain wastra Indonesia itu bisa menjadi keindahan yang luar biasa,” ungkap pendiri Dama Kara, Nurdini Prihastiti. (M-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *