Suarez Pergi, Indonesia Menjelang
SEJARAH sepak bola dunia mencatat hadirnya seorang pemain bandel bernama Luis Suarez. Penyerang asal Uruguay itu menggoreskan perjalanan hidupnya bukan hanya dengan prestasi, melainkan juga dengan kontroversi.
Piala Dunia 2010 akan selalu dikenang rakyat Ghana sebagai momen yang paling menyakitkan. Mimpi untuk menjadi negara Afrika pertama yang lolos ke semifinal Piala Dunia sebenarnya sudah di depan mata. Sundulan kepala Dominic Adiyiah menyambut umpan tendangan penjuru begitu sempurna dan mengarah ke gawang Uruguay yang sudah ditinggal kiper Fernando Muslera.
Sayang di bawah mistar masih berdiri Suarez. Penyerang Uruguay itu bertindak seperti kiper untuk menghalau bola dengan kedua tangannya, dan gagallah Ghana untuk kedua kalinya menjebol gawang Celeste.
Baca juga: Pilih Melbourne atau Montreal
Wasit tanpa ampun memang menjatuhkan hukuman tendangan penalti dan memberikan kartu merah kepada Suarez. Bintang sepak bola Uruguay itu pun kemudian melangkah lunglai ke luar lapangan karena tahu itu risiko yang harus diterima atas tindakannya.
Sebelum ia masuk ke ruang ganti pakaian, Suarez berhenti dan melihat eksekusi penalti yang dilakukan penyerang terbaik Ghana, Asamoah Gyan. Ternyata tendangan Gyan mampu diblok Muslera. Suarez pun berteriak kegirangan dan melompat sambil mengepalkan tangannya karena Uruguay gagal kebobolan.
Pertandingan perempat ultimate Piala Dunia 2010 itu sendiri kemudian berakhir imbang 1-1 dan harus diselesaikan dengan adu penalti. Uruguay yang sudah lebih percaya diri memenangi adu tendangan penalti 4-2 dan lolos ke semifinal.
Baca juga: Persembahan Cabang Nontradisional
Dalam buku autobiografi berjudul Rasa Bersalah dan SakitGyan menuliskan, ia selalu dibayang-bayangi kegagalan menjadi algojo penalti itu dan setiap hari berupaya menyingkirkan wajah Suarez dari pikirannya. Kapten kesebelasan Ghana, Stephen Appiah, menambahkan, kegagalan di ajang Piala Dunia 2010 lalu selalu menghantui perjalanan hidupnya.
Bagaimana Suarez merespons kepedihan yang dirasakan para pemain dan rakyat Ghana? “Saya tidak pernah merasa bersalah karena saya hanya melakukan bola tanganpemain Ghana sendiri yang gagal memanfaatkan penalti,” ujar Suarez.
“Saya akan minta maaf kalau saya melakukan menangani dan membuat pemain lawan cedera. Tetapi dalam kejadian ini saya sudah mendapat kartu merah, wasit sudah memberikan penalti, tentu bukan salah saya kalau penaltinya kemudian gagal.”
Baca juga: Nasib Inggris setelah Dua Kegagalan Final
Mantan bintang sepak bola Belanda, Marco van Basten, melihat Suarez sebagai pemain yang potensial. Saat menangani Ajax Amsterdam, Van Basten yang memoles pemain muda asal Uruguay itu sebagai bintang.
Hanya saja, persoalan terbesar yang menghambat Suarez ialah temperamentalnya yang tinggi. Ia memang sangat produktif sebagai seorang penyerang (sampai 100 gol di Ajax), tetapi juga paling sering untuk mendapatkan kartu dari wasit.
Hal lain yang membuat Suarez dijuluki 'putra Benggala' adalah kebiasaannya menggigit pemain lawan saat kesulitan lepas dari penjagaan pemain lawan. surat kabar Belanda, Telegrafsampai menjuluki Suarez sebagai ‘Kanibal Ajax'.
Baca juga: Yamal… oh… Yamal…
Perilaku itu bahkan pernah ia tunjukkan saat tampil di ajang Piala Dunia 2014. Karena kesal, Suarez menggigit telinga bek Italia Giorgio Chiellini sampai berdarah. Atas tindakan itu, ia kemudian dijatuhi hukuman bermain selama empat bulan oleh FIFA.
Lepas dari itu Suarez harus diakui merupakan pemain besar. Ia dikenang sebagai salah satu pemain yang mampu mengembalikan kebesaran Liverpool. Bahkan ketika kemudian bergabung ke Barcelona, klub dari Catalunya itu menggapai kejayaannya melalui trio MSN; Messi, Suarez, dan Neymar.
Bagi pencinta sepak bola Uruguay, Suarez juga merupakan pahlawan. Ia tidak hanya dikenal sebagai pencetak gol terbanyak bagi Celestetapi juga mengantarkan Uruguay menjuarai Copa The united states 2011.
Suarez yang bengal dan berani di lapangan, ternyata hatinya juga lembut. Ia tidak bisa menahan air matanya ketika menyatakan mundur dari tim nasional setelah 17 tahun berkiprah.
“Pertandingan Sabtu ini melawan Paraguay di penyisihan Piala Dunia 2026 merupakan pertandingan terakhir saya untuk Celeste. Ini bukan keputusan mudah, tetapi saya harus menyadari bahwa api obor itu semakin lama semakin meredup,” ujar Suarez yang kini menginjak usia 37 tahun.
Indonesia bangkit
Sementara Suarez pamit dari tim nasional, kesebelasan Indonesia menapaki jalan untuk menjadi tim yang pantas diperhitungkan. Tim asuhan Shin Tae-yong mengawali perjalanan di babak ketiga penyisihan Piala Dunia 2026 Grup Asia dengan baik, setelah menahan tuan rumah Arab Saudi 1-1.
Kehadiran kiper baru Maarten Paes menjadi kunci keberhasilan Indonesia merebut poin pertama di kelompok elite Asia. Ia mampu menahan penalti kapten kesebelasan Salem Al-Dawsari, sehingga buyarlah harapan tim asuhan Roberto Mancini untuk merebut tiga poin penuh.
Hasil imbang melawan Arab Saudi merupakan sebuah kejutan besar. Di bawah kepemimpinan Pangeran Muhammad bin Salman, Arab Saudi sedang berupaya membangun sepak bola mereka. Kompetisi yang digelar di Arab Saudi menarik bintang-bintang dunia seperti Christiano Ronaldo dan Karim Benzema untuk mengangkat sepak bola mereka.
Kehadiran Mancini yang sukses membawa Italia memenangi Piala Eropa 2021 merupakan bagian dari mimpi besar Arab Saudi membangun sepak bola mereka. Apalagi di ajang Piala Dunia 2022 lalu, Arab Saudi mampu mengalahkan juara dunia Argentina 2-1.
Namun, semua harapan itu seakan sirna, Jumat dini hari kemarin. elang hijau tidak mampu mengembangkan penampilan terbaik mereka dan akhirnya malah kebobolan lebih dulu oleh tendangan Ragnar Oratmangoen.
Beruntung beberapa saat menjelang jeda, gelandang menyerang Musab al-Juwayr mampu menyamakan kedudukan. Kalau tidak, mereka akan bernasib sama seperti Australia yang dikalahkan Indonesia di ajang penyisihan Olimpiade Paris.
Kita pantas memberi acungan jempol kepada pelatih Shin Tae-yong yang menerapkan strategi yang tepat. Menyadari kualitas lawan, ia memilih menempatkan lima pemain bertahan dengan Idzes menjadi penyapu. Ia tinggalkan Rafael Struick untuk bertarung sendiri di depan.
Dengan materi pemain muda yang dimiliki, Shin Tae-yong memanfaatkan kecepatan yang dimiliki anak asuhannya. Ia rancang serangan balik yang cepat ketika berhasil mematahkan serangan lawan.
Kehadiran Maarten Paes, yang baru beberapa hari lalu menyelesaikan proses naturalisasinya, menjadi faktor penentu keberhasilan Indonesia untuk mencuri poin. Kecermatannya dalam mengambil posisi dan kesigapannya mengamankan gawang, membuat para pemain lain lebih percaya diri untuk menghadapi tim sekelas Arab Saudi.
Pertandingan ‘maraton’ baru saja dimulai. Perjalanan menuju Piala Dunia 2026 masihlah panjang. Tetapi Indonesia mempunyai modal untuk terus melangkah, apalagi kalau 10 September nanti bisa mengalahkan Australia di Stadion Gelora Bung Karno.