Hanny Zeng Bawa Jenama Jims Honey Tampil di Entrance Row Paris 2024
SEBAGAI langkah berani menandai tonggak sejarah baru dalam dunia mode, Jims Honey, merek mode asal Indonesia, berpartisipasi pada Entrance Row Paris 2024.
Keikutsertaan ini bukan hanya pencapaian besar bagi Jims Honey dalam memperluas jangkauan internasional, tapi juga bukti nyata kualitas dan kreativitas desainer Indonesia di panggung dunia.
Pada Entrance Row Paris tahun ini, Jims Honey memperkenalkan koleksi terbaru yang memadukan gaya kasual dengan sentuhan trendy yang elegan, merefleksikan identitas Jims Honey sebagai pilihan gaya sehari-hari yang selalu mengikuti tren terkini.
Baca juga: Dian Pelangi Hadirkan Koleksi Kain dan Motif Palembang di IN2MF Paris
*Untuk Lihat yang kami tampilkan ada 10 jenis, kami mengambil gaya informal dengan sentuhan trendy elegan,” ujar Hanny Zeng, Proprietor Jims Honey, di Jakarta, Rabu (25/9).
Jims mengaku senang bisa melenggang di panggung international karena mampu menunjukkan ke dunia internasional. *Perasaannya satisfied, bangga, dan terharu karena kami bisa menembus pasar internasional dan bawa kebanggaan tersendiri pada tim inner yang sudah bekerja keras, serta kebanggaan bagi Indonesia juga karena produk lokal mampu bersaing dan diterima pasar international. Ini menunjukkan validasi dari kualitas produk yang memenuhi bahkan melebihi standar dan ekspektasi dari pasar internasional,” tuturnya.
Ia mengakui keberhasilan Jims Honey dalam mengembangkan sayapnya ke pasar Eropa dan partisipasi pada Entrance Row Paris 2024 sebagai capaian luar biasa di industri fesyen secara keseluruhan.
Baca juga: Kiat Mengembangkan Usaha Fesyen Premium ala Artkea
Keikutsertaan dalam salah satu peristiwa fesyen terkemuka memungkinkan Jims Honey tidak hanya memperluas jangkauan pasarnya, tetapi juga menawarkan platform internasional bagi para desainer Indonesia untuk menampilkan bakat dan kreativitas mereka kepada dunia.
Ke depan, dia mengatakan ada beberapa strategi yang mungkin bisa menjadi inspirasi. Pertama, keberlanjutan dan ramah lingkungan. Kedua, teknologi good dalam tas seperti port pengisian daya USB atau teknologi anti maling atau subject material yang tahan air dan cuaca ekstrem.
Ketiga, kolaborasi dengan desainer atau influencer untuk menciptakan edisi terbatas serta mengadakan lomba desain tas yang menarik bagi komunitas kreatif.
“Bisa juga fokus pada nilai budaya, yaitu kita bisa mengintegrasikan elemen desain yang mengambil inspirasi dari budaya atau sejarah tertentu sebagai nilai tambah pada desain tas kita, seperti bekerja sama dengan pengrajin lokal untuk menghadirkan keunikan dalam setiap produk,” pungkasnya. (H-2)