Kisah Tulang Punggung dan Warisan Budaya

Kisah Tulang Punggung dan Warisan Budaya


Kisah Tulang Punggung dan Warisan Budaya
Koleksi busana karya desainer Rama Dauhan (Dok. THE LANGHAM FASHION SOIRE)

PERMAINAN dekonstruksi, quantity, dan perhiasan disuguhkan Rama Dauhan dalam koleksi yang diperagakan dalam pergelaran Pertemuan Mode Langham di Langham Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (2/10). Bertajuk Teramat Berarti, permainan quantity di antaranya terlihat dalam celana-celana barel (gentong) baik untuk pria maupun wanita, juga jaket dengan pinggang sempit ala korset tapi bervolume ekstra di bagian lain.

Pada busana-busana itu juga sarat ragam perhiasan lewat bordir, ornamen tulang baik pada celana maupun bagian belakang busana, bunga, dan pita-pita yang juga membentuk mengambil struktur tulang. Untuk pria, ia juga menampilkan gaya tumpuk luarseperti terlihat pada type yang mengenakan jas merah yang kemudian ditumpuk lagi oleh jas hitam dengan lengan berbahan transparan. Bawahannya berupa celana bergambar tulang tungkai di sepanjang celana.

Rama menjelaskan koleksi musim 2025 itu terinspirasi dari keluarganya sendiri. “Beberapa tahun terakhir kan kita ngelihatmungkin aku ngelihat orangtua yang tadinya kita lihat sebagai penyedia, sudah nggak bisa melihat-menyediakan itu. Secara kesehatannya juga semakin menurun, anak-anak yang harus mengambil alih segalanyaanak-anak yang semakin kompak, pada dasarnya anak-anak yang menjadi tulang punggung keluarga gitudan itu yang bener-bener menginspirasi aku. Buah pikirannya aja sih ke situ,” tutur Rama.

Baca juga: Stylish Maskulin dari Keseharian Serbaburu-buru

Ia menambahkan bahwa filosofi tulang sebagai penopang juga diambilnya dari filosofi di olahraga yoga. “Aku belajar yoga juga, kita berbicara tentang kundalini, tentang energi penopang kekuatan yang memang muncul dari tulang belakang gitu,” lanjutnya. Selain itu, koleksi ini juga terinspirasi dari lagu Mencintaimu yang dibawakan oleh Sal Priadi.

Dalam peragaan yang diselenggarakan oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) itu tidak hanya Rama yang menampilkan koleksi. Di hari yang sama berlangsung juga peragaan karya desainer senior Ghea Panggabean. Adapun di hari sebelumnya, Ivan Gunawan dan Andreas Odang menampilkan koleksi.

Baca juga: Membawa Kebaya dan Wastra Indonesia ke Paris

Gringsing

Ghea yang membawa label Ghea Style Studio mengangkat keindahan motif dan kain Bali sesuai dengan tajuk koleksinya, Be-Bali. Dalam peragaan yang sekaligus merayakan 45 tahun berkarya itu Ghea mengangkat motif gringsing yang dikemas dalam gaya khasnya, bohemian.

Diantaranya adalah gaun tabung panjang, jubah kimono, celana panjang berpipa melebar dari lutut ke bawah, palazzojuga modifikasi kebaya ber-lapisan korset di sisi luar. Ada pula busana malam bernuansa hitam tampil kuat berpadu dengan aksen emas yang mewah. Busana-busana itu dilengkapi pula dengan aksesori emas dan simbol-simbol khas Bali seperti barong, yang dalam kepercayaan Bali juga dianggap sebagai pelindung. Kain sifon dan satin menjadi kanvas untuk motif gringsing yang eksotis, dihiasi dengan sulaman emas, bordir, dan teknik sablon tangan dengan kombinasi bordiran element benang emas yang juga ciri khas Ghea.

Baca juga: Songket Lintau dan Sulam Suji yang Lebih Wearable

“Saya selalu senang kalau sebuah peragaan busana itu pada akhirnya bisa terjadi. Inspirasi (koleksi ini) seperti biasa dari budaya dan warisan yang menjadi sumber inspirasi saya selama 45 tahun. Dan, memang saya senang budaya Bali, budaya Sumatra, budaya Jawa,” kata Ghea saat ditemui Media Indonesia seusai peragaan busana koleksinya.

Sementara itu, koleksi Andreas Odang menonjolkan teknik menggantungkan dalam gaun-gaun koktail yang feminin dan elegan. Koleksi bertajuk Keheningan yang Mendalam (bahasa Italia yang artinya: keheningan yang mendalam) itu juga bermain pemotongan dan tata pola arsitektural.

Odang menjelaskan, ia mendapat inspirasi dari perjalanannya ke Jepang. “Januari itu saya ada bepergian ke Jepang sendiri. Itu saya menemukan momen di mana, ternyata enak ya sendiri. Terus aku melihat arsitektur. Pulang-pulang kebawa tuh suasana hatisampai 1-2 bulan saya kayak tenang, nggak banyak ngomong. Dan kemudian menjadi seperti gitulebih menetaplebih kalem,” ujarnya seusai peragaan koleksi busananya, Selasa (1/10).

Odang mengatakan koleksinya kali ini merupakan rancangannya yang lebih matang dan lebih dewasa dari koleksi sebelum-sebelumnya. Koleksi yang terdiri dari 30 terlihat ini dilengkapi juga dengan perhiasan fokus bergaya seni deco karya Rinaldy A Yunardi yang ditampilkan di peragaan busana. (M-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *