OJK Dorong Anak Muda Cerdas dalam Berinvestasi
OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) menggencarkan program literasi keuangan bagi generasi muda untuk meningkatkan pemahaman mengenai produk dan layanan sektor jasa keuangan, termasuk dalam berinvestasi produk keuangan.
“Banyak yang tergoda oleh tawaran menggiurkan, tanpa menyadari bahwa investasi tersebut tidak memiliki legalitas yang jelas dan terdaftar pada regulator terkait,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi di Jakarta, Sabtu (5/10).
Hal tersebut disampaikan Inarno dalam kegiatan OJK Mengajar di Universitas Kuningan (Uniku), Cirebon, Jawa Barat, Jumat (4/10), dengan tema Cerdas Investasi Bagi Generasi Muda, sebagai rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke-13 dan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) Tahun 2024.
Baca juga: Ini Cara Hindari Investasi Bodong ala OJK
Di kesempatan itu, Inarno mendorong mahasiswa untuk semakin memahami dan memanfaatkan berbagai produk dan layanan sektor jasa keuangan yang semakin mudah diakses sebagai bagian dari perencanaan keuangan.
Ia mengimbau seluruh mahasiswa dan sivitas akademika untuk berhati-hati, pelajari dan pahami berbagai karakteristik produk dan layanan jasa keuangan, mulai dari manfaat, risiko, teknis transaksinya, hingga mekanisme pengaduan masalah.
Ia berpesan agar mahasiswa tidak terjebak dalam investasi ilegal yang menjanjikan imbal hasil tinggi dan berisiko merugikan konsumen.
Baca juga: Bonus Demografi, Penduduk Muda Berperan Penting Angkat Literasi Pasar Keuangan
Di kesempatan berbeda, Shopper Trade Neighborhood Supervisor Financial institution Jago Edo Velandika mengatakan, sebagian besar permasalahan keuangan kaum muda muncul dari perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang sehat.
“Untuk itu, generasi muda harus melek keuangan dan belajar mengelola keuangan yang baik. Bisa diawali dengan introspeksi gaya hidup, lalu menabung atau membuat pos-pos anggaran berdasarkan skala prioritas, dan terakhir mulai berinvestasi sejak dini,” ujar Dika dalam keterangan di Jakarta, Minggu.
Dika mengemukakan konsep dasar pengelolaan keuangan 3F yaitu repair, amusing, and long term, yang merujuk pada tiga kriteria anggaran yang harus dipahami dalam membuat perencanaan keuangan. Repair berarti memisahkan pengeluaran yang bersifat pasti atau fastened value, seperti biaya makan, cicilan, atau sewa tempat tinggal, dan pengeluaran lain yang bersifat wajib. Itu biasanya sekitar 50% dari overall penghasilan bulanan.
Baca juga: Gandeng Bank OCBC, Great Eastern Life Hadirkan Produk Unit Link Baru
Lalu, amusing yang merupakan alokasi dana untuk kegiatan bersenang-senang, seperti menonton movie atau konser musik, hobi, olahraga, maupun liburan.
Terakhir adalah long term, yaitu alokasi dana yang dipersiapkan sejak dini untuk memenuhi kebutuhan yang tak terduga dan sesuatu yang bersifat jangka panjang atau untuk masa depan.
Misalnya, dana darurat, dana pensiun, atau biaya untuk melanjutkan pendidikan. Anggaran long term setidaknya memiliki alokasi 20% dari overall penghasilan. (Ant/Z-11)