1.154 Kasus DBD di Sumenep, Dinkes Sumenep Imbau Warga Proaktif Periksa Jika Ada Gejala DBD

1.154 Kasus DBD di Sumenep, Dinkes Sumenep Imbau Warga Proaktif Periksa Jika Ada Gejala DBD


1.154 Kasus DBD di Sumenep, Dinkes Sumenep Imbau Warga Proaktif Periksa Jika Ada Gejala DBD
Petugas Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh melakukan pengasapan (fogging) sebagai upaya pencegahan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Banda Aceh, Aceh, Selasa (13/8/2024)(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA)

KASUS Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumenep meningkat drastis dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan knowledge Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, hingga Oktober 2024, tercatat 1.154 kasus DBD di Sumenep dengan 8 kasus DBD meninggal dunia.

Angka kasus DBD di Sumenep ini meningkat drastis jika dibandingkan dengan empat tahun terakhir. Pada tahun 2020 hanya tercatat sekitar 129 kasus, kemudian pada 2021 ada 160, tahun 2022 sebanyak 238 sedangkan 2023 terdapat 305 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes SumenepAchmad Syamsuri mengatakan, peningkatan kasus DBD ini terjadi akibat beberapa faktor, termasuk musim yang tidak menentu, yang menciptakan lingkungan perfect bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.

Baca juga: 3018 Kasus DBD di DIY Hingga September 2024, Dinkes DIY Sebut Meningkat dalam Tiga Tahun Terakhir

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pencegahan DBD juga turut berkontribusi pada melonjaknya angka kasus ini.

Pemerintah daerah  telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Di tingkat daerah, Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menjaga kebersihan lingkungan.

Program fogging (pengasapan) juga diintensifkan di daerah yang teridentifikasi sebagai wilayah endemis.

Baca juga: Dinas Kesehatan Tasikmalaya Waspadai Peningkatan Kasus DBD pada Musim Kemarau Basah

Tingkat Kecamatan yakni Puskesmas, turut serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat di masing-masing wilayah kerjanya terkait pentingnya pencegahan DBD.

Ia mengimbau masyarakat juga untuk lebih proaktif dalam melaporkan gejala DBDseperti demam tinggi, nyeri sendi, dan ruam kulit, agar bisa mendapatkan penanganan medis dengan cepat.

Keberhasilan penanganan DBD sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait.

Baca juga: Dinkes Lingga Temukan Dua Kasus DBD di Awal Oktober, Tindak Lanjuti dengan Fogging

“Kesadaran dan tindakan preventif yang konsisten diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD dan melindungi kesehatan masyarakat,” ujarnya, Jumat (11/10/2024).

Syamsuri memaparkan jumlah kasus DBD di 27 Kecamatan dengan 30 Puskesmas se Sumenep. Kecamatan Pandian mencapai 66 kasus dan 1 kematian, Pamolokan 50, Kalianget 78, Talango 40 dan 2 kasus kematian, Saronggi 114 dan kasus 2 kematian, Bluto 111, Giligenting 19, Pragaan 85 kasus.

Kecamatan Guluk-guluk 39 kasus, Ganding 20, Lenteng 32, Moncek 37, Batuan 40, Rubaru 32, Pasongsongan 24, Ambunten 32, Dasuk 28 dan meninggal 2 orang, Manding 9, Batu Putih 33.

Baca juga: Kasus DBD di Kepulauan Tello Jadi Perhatian TNI, Polri dan Pemda Nisel

Sementara di Batang-batang mencapai 39 kasus, Legung 35, Dungkek 47, Gapura 9, Gayam 25, Nonggunong 4, Raas 14, Masalembu 1, Arjasa 43, Kangayan 3 dan Sapeken 45 kasus.

“Kasus paling rendah itu di Masalembu,” paparnya.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Gejala utama DBD adalah demam tinggi mendadak hingga 39°C, yang diikuti dengan nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, mual, dan muntah. (H-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *