Tangani Luka Kronik Diabetes dengan Secretome dan Stem Mobile
PENANGANAN luka yang tepat dan cepat ternyata membawa dampak positif bagi perekonomian. Sebab luka yang tidak tertangani dan menjadi luka kronik akan membawa kerugian berupa turunnya produktivitas.
Umumnya, luka yang tertangani dengan baik akan sembuh dalam tiga minggu. Namun tanpa penanganan yang tepat luka bisa menjadi luka kronik dan menyebabkan penyembuhannya bisa memakan tiga bulan bahkan tahunan.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada sekitar 10 juta jam kerja yang terbuang sia-sia dalam setahun akibat pekerja mengalami luka kronik. Hal itu menimbulkan kerugian sekitar US$ 2,3 miiar.
Baca juga: Ini Tips Hindari Kebutaan dan Amputasi Bagi Penderita Diabetes
“Di Indonesia angka kerugiannya bisa lebih besar. Sebab angka sebesar itu (US$2,3 miliar) berasal dari penderita diabetes sebesar 3,2% sementara di Indonesia angkanya (penderita diabetes) mencapai 8%,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(Okay) di Jakarta, Sabtu (12/10/2024).
“Downside yang mungkin dihadapi pada luka yang sulit sembuh adalah adanya jaringan nekrotik atau jaringan mati, bakteri atau infeksi, eksudat (nanah) yang berlebih. Selama drawback masih ada penyembuhan tidak akan berjalan atau berhenti. Dampaknya akan membuat perawatan menjadi lama, biaya perawatan dan pengobatan meningkat, dan fungsi sosialnya,” tandas Prof David.
Luka akibat diabetes
Baca juga: Diabetes yang tidak Terkendali Berisiko Sebabkan Gangguan Penglihatan
Berdasarkan penelitian Etiology, Epidemiology, and Disparities within the Burden of Diabetic Foot Ulcers di Nationwide Library of Drugs, luka diabetes dapat berakibat komplikasi. Bahkan sekitar 20 persen orang yang mengidap luka diabetes memerlukan amputasi kaki, baik minor (di bawah pergelangan kaki), maupun mayor (di atas pergelangan kaki), atau keduanya.
Fakta lainnya, diperkirakan 10 persen akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah analysis luka diabetes yang pertama. Infeksi luka diabetes terjadi pada sekitar 60 persen dari pasien luka diabetes. Di antara orang-orang yang mengalami infeksi luka diabetes, sebagian besar memerlukan tindakan bedah untuk membersihkan luka, dan sebanyak 15—20 persen memerlukan tindakan amputasi.
Sekretaris KSM Bedah RSCM dan Koadminko Departemen Bedah FKUI, Dr. dr. Dedy Pratama, Sp.B, Subsp.BVE(Okay) menyebutkan kan, luka kronik akibat diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berdampak signifikan bagi pasien dan keluarga.
Baca juga: Anda Mengalami Kolesterol Berlebih? Kurangi dengan Hindari Makanan Manis dan Lemak Jahat
Bagi pasien, luka yang tidak dapat disembuhkan menyebabkan gangguan mobilitas pada pasien dan berdampak signifikan bagi kualitas hidup pasien. Tidak bisa dihindari, masalah psikologis dapat berdampak pada pasien, yakni mengalami depresi, kecemasan, atau stres akibat kondisi kesehatan yang berkepanjangan.
“Bagi keluarga, tentunya sedikit banyak keluarga harus menyediakan perawatan tambahan, termasuk penggantian perban dan perawatan luka, yang dapat menguras waktu, tenaga dan biaya, sehingga bisa mengakibatkan beban perawatan, pengobatan, perubahan dinamika keluarga dan stres emosional tersendiri bagi keluarga. Luka kronik diabetes juga berdampak bagi masyarakat dan sistem kesehatan secara keseluruhan. Peningkatan beban kesehatan terutama dari aspek beban ekonomi, peningkatan angka amputasi yang mengakibatkan produktivitas masyarakat yang terkena berkurang tentunya dapat membebani sistem kesehatan, dengan meningkatnya kebutuhan perawatan medis dan rumah sakit,” jelas Dr. Dedy.
Pharma Advertising Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr. Selvinna, M. Biomed.mengatakan bahwa bahwa Kalbe berkomitmen menyehatkan bangsa dengan edukasi kesehatan dan penyediaan obat-obatan, termasuk untuk perawatan luka kronik.
Baca juga: 7 Manfaat Buah Nangka bagi Kesehatan, Bisa Menurunkan Risiko Diabetes
Luka kronik dibagi menjadi empat, yaitu luka diabetes (Diabetic Foot Ulcer), luka tekan (Drive Damage), ulkus vena (Venous Leg Ulcer), dan ulukus arteri (Arterial Ulcer). Dari keempat itu, luka diabetes dapat berakibat komplikasi. Maka dari itu, sangat diperlukan terobosan untuk perawatan luka yang sulit sembuh akibat diabetes.
“Kalbe sangat peduli terhadap penanganan penyakit diabetes di Indonesia melalui Kalbe Diabetes General Answer. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, strok termasuk juga luka yang sulit sembuh,” ujar dr. Selvinna, M. Biomed.
Selvinna melanjutkan bahwa edukasi mengenai penanganan luka yang sulit akibat diabetes perlu dipahami oleh masyarakat. Hal ini agar mereka terhindar dari dampak luka tersebut, salah satunya risiko amputasi.
Prof. David menekankan, percepatan penyembuhan luka dapat dilakukan dengan modalitas terkini dari hasil penelitian, yakni menggunakan secretome dan stem mobile. Dr. Dedy menambahkan, penggunaan metode fashionable wound dressing (balutan luka fashionable) dan Damaging Drive Wound Treatment atau NPWT (perawatan luka tekanan negatif) juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah luka semakin memburuk.
“NPWT memiliki kelebihan dibandingkan perawatan luka konvensional lain. Di antaranya, membersihkan luka secara kontinu setelah tindakan bedah, dapat menarik eksudat (nanah) secara terus-menerus, mempercepat stimulasi jaringan granulasi (jaringan sehat), mengurangi nyeri bengkak pada kaki diabetes yang disebabkan oleh penggantian perban dengan period yang pendek seperti pada perawatan luka konvensional. Hal ini tentunya dapat mengurangi period of keep pasien di rumah sakit, mengurangi angka nosokomial bagi pasien akibat seringnya penggantian luka, dan mempercepat kesembuhan luka bagi pasien,” tutup Dr. Dedy.
Selain evaluasi dan pengobatan medis yang mutakhir, perlu juga peningkatan consciousness dan pengetahuan masyarakat mengenai luka kronik, faktor apa saja yang meningkatkan risiko luka kronik, dan bagaimana cara mencegah luka kronik.
Pasien juga harus konsultasi ke dokter secara rutin untuk memeriksa kondisi kesehatan, memeriksakan diri di laboratorium, serta displin mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter.
Dengan kerja sama yang baik antara masyarakat, tenaga kesehatan, pemerintah, dan perusahaan kesehatan seperti Kalbe Farma yang berkomitmen pada inovasi di bidang kesehatan, maka Indonesia bisa mencegah komplikasi dan memperbaiki penyembuhan luka kronik.