KLHK: Titik Panas 2024 Menurun Derastis

KLHK Titik Panas 2024 Menurun Derastis


KLHK: Titik Panas 2024 Menurun Derastis
Foto udara permukiman warga di Muara Sabak Timur yang diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (27/8/2024)(ANTARA/WAHDI SEPTIAWAN)

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan titik panas (hotspot) mengalami penurunan yang cukup drastis di tahun 2024. Hal itu diketahui berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua pada tingkat kepercayaan lebih dari atau sama dengan 80%.

“Terdapat penurunan sebanyak 4.623 titik panas atau 59,38%. Jumlah hotspot tahun 2024 periode 1 Januari s.d. 10 Oktober sebanyak 3.163 titik sedangkan tahun 2023 sebanyak 7.786 titik,” ungkap Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri dalam keterangan resmi, Minggu (13/10).

Lebih lanjut Thomas mengatakan luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) periode Januari hingga September 2024 adalah seluas 283.620,51 hektare. Ia menerangkan space karhutla didominasi lahan tidak berhutan yakni seluas 252.320,33 ha (88,96%) sementara lahan berhutan seluas 31.300,18 ha (11,04%).

Baca juga: Di Forum Internasional, Indonesia Beberkan Pencapaian Lingkungan Hidup Selama Satu Dekade

“Luas areal terbakar tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 93.572,19 ha pada tanah mineral, Nusa Tenggara Barat 34.430,48 ha pada tanah mineral dan Jawa Timur sebesar 18.822,62 ha terdiri pada tanah mineral,” ujarnya.

Masih dari information yang sama, Thomas menjelaskan karhutla seluas 283.620,51 ha di tahun 2024 terdiri dari karhutla lahan gambut seluas 25.193,57 ha (8,88%) dan pada tanah mineral seluas 258.4265,94 ha (91,12%). Kemudian, kata dia, luas tertinggi pada jenis penutupan lahan belukar sebesar 158.893,53 ha (56,02%) dari overall luas karhutla Indonesia periode Januari s.d. September tahun 2024.

“Emisi karbon yang dihasilkan dari karhutla periode 1 Januari sampai 30 September 2024 sebesar 41.201.963 ton CO2e yang terdiri dari emisi kebakaran gambut (di bawah tanah) sebesar 11.589.698 ton CO2e dan emisi kebakaran mineral dan gambut (biomassa di atas tanah) sebesar 29.612.265 ton CO2e,” pungkasnya.(H-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *