7 Masalah Hubungan yang Paling Banyak Diungkapkan Orangtua Dalam Terapi

7 Masalah Hubungan yang Paling Banyak Diungkapkan Orangtua Dalam Terapi


7 Masalah Hubungan yang Paling Banyak Diungkapkan Orangtua Dalam Terapi
Banyak masalah yang diungkapkan pasangan yang menjadi orangtua kepada terapi. Berikut 7 masalah yang sering diungkapkan dan solusinya.(freepik)

KITA semua sering mendengar peringatan tentang bahaya mencampuradukkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Bekerja penuh waktu dengan pasangan romantis memang jarang disarankan.

Saat menjadi orangtua, peran baru ini membawa perubahan besar dalam hidup. Anda tidak hanya menjadi pasangan romantis, tetapi juga menjadi rekan kerja dalam tugas mengasuh anak, yang sangat padat karya dan berisiko tinggi, terutama pada fase bayi baru lahir.

Tidak heran banyak pasangan merasa perlu mengesampingkan hubungan asmara demi memprioritaskan peran baru sebagai orangtua. Sayangnya, ini bisa menyebabkan kurangnya hubungan dan masalah dalam jangka panjang.

Baca juga: Keluarga Pegang Peran Penting dalam Penyembuhan Pasien Strok

Masalah-masalah kecil yang dahulu tampak sepele bisa menjadi besar karena stres mengasuh anak.

Dilansir Huff Submit, terapis mengungkapkan masalah hubungan paling umum yang dihadapi orangtua dalam terapi dan cara mengatasinya.

7 Masalah yang Sering Dikeluhkan

1. Pembagian Kerja

Kehadiran seorang anak bisa memperburuk ketidakseimbangan pembagian tugas dalam rumah tangga. Bahkan pasangan yang sebelumnya memiliki pembagian tugas yang merata mungkin merasa kewalahan dengan tambahan tanggung jawab.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Hidup, Ajak Kerabat Lansia Bermain Puzzle dan Senam Otak

“Pembagian tugas menjadi kontroversial karena kedua pasangan mungkin merasa kewalahan dan tidak dihargai,” kata Dr Sarah Oreck, psikiater reproduksi dan pendiri Mavida Well being.

Beberapa pasangan menyewa bantuan rumah tangga atau mengalihdayakan tugas-tugas seperti cucian atau pengiriman makanan untuk mengurangi ketegangan. “Dapatkan dukungan sosial dan orang-orang yang dapat membantu mengelola kebutuhan dasar,” saran Laci James, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.

2. Keintiman

Keintiman seringkali berkurang karena banyaknya pekerjaan sebagai orangtua. Berbagi kamar dengan bayi selama enam bulan pertama atau lebih juga menghadirkan tantangan.

Baca juga: Ini Tata Laksana Mengatasi Kecanduan Judi Online

Jika ada “ketidaksesuaian dalam hasrat seksual,” kata James, atau salah satu pasangan mengalami disfungsi seksual, ini bisa menimbulkan masalah. Salah satu orangtua, seringkali ibu, mungkin merasa “terganggu” oleh tugas mengasuh anak dan tidak memiliki keinginan untuk mengejar keintiman fisik.

“Menjaga keintiman melalui kencan malam yang terencana dapat mengurangi konflik,” kata Oreck. Penting untuk mengomunikasikan kebutuhan masing-masing pasangan.

3. Membandingkan Gaya Pengasuhan

Setiap orangtua punya gagasan sendiri tentang bagaimana mereka ingin membesarkan anak. Perbedaan ini bisa menimbulkan ketegangan.

Baca juga: Upaya Perangi Pornografi dan Judi Online harus Dilakukan di Semua Tingkatan

“Gaya pengasuhan yang berbeda dapat menimbulkan gesekan saat orangtua mencari cara terbaik untuk membesarkan anak mereka, yang seringkali berdasarkan pola asuh dan nilai-nilai mereka sendiri,” kata James. Karena latar belakang dan harapan yang berbeda, seringkali ada perbedaan pendapat.

4. Beradaptasi dengan Peran Baru

Sebagai orangtua baru, Anda perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan peran baru ini dan mencari cara untuk saling melengkapi dalam mengasuh anak.

“Kehadiran anak mengalihkan fokus dari hubungan pasangan menuju tuntutan bayi baru,” kata Oreck. Ingatlah anda dan pasangan pernah menjadi pasangan sebelum memiliki anak, dan keterampilan mengatasi masalah yang anda miliki masih ada.

5. Stres Finansial

Hilangnya pendapatan dan biaya pengasuhan anak bisa membebani anggaran anda. Bekerja sama untuk membuat anggaran keluarga bisa membantu mengatasi masalah keuangan ini. Perdebatan mengenai finansial merupakan hal yang umum.

6. Gangguan dari Keluarga Besar

Keluarga besar mungkin ingin lebih banyak terlibat setelah Anda memiliki anak. Ini bisa membantu, tetapi juga menimbulkan kritik dan harapan yang tidak realistis.

“Menetapkan batasan dengan keluarga besar dapat mencegah ketegangan,” saran Oreck.

7. Berkurangnya Jendela Toleransi

Tekanan, stres, dan ketakutan menurunkan toleransi Anda terhadap tantangan. “Orangtua memiliki serangkaian faktor kerentanan yang unik yang menyebabkan berkurangnya jendela toleransi,” jelas James.

Jika hubungan Anda merasakan tekanan dari salah satu masalah ini, ketahuilah bahwa hal itu wajar  dan bukannya tidak dapat diatasi. Berikut ini beberapa cara untuk menjaga hubungan Anda tetap kuat di bawah tekanan peran sebagai orangtua.

Solusi untuk Menjaga Hubungan

Jika Anda merasakan tekanan dari masalah-masalah ini, ketahuilah bahwa hal itu wajar dan bisa diatasi. Berikut beberapa cara untuk menjaga hubungan Anda tetap kuat sebagai orangtua:

Prioritaskan komunikasi

Jadwalkan pertemuan mingguan untuk membahas masalah dan keputusan bersama. Menyisihkan waktu rutin untuk berbicara dapat membantu pasangan tetap terhubung.

Temukan momen untuk merawat diri sendiri

Jadwalkan waktu rutin bagi pasangan Anda untuk mengurus anak sehingga Anda bisa melakukan aktivitas yang menyegarkan. Aktivitas sebelum menjadi orangtua dapat membantu menyeimbangkan peran baru.

Dapatkan dukungan

Konseling individu dan/atau pasangan bisa memberi Anda dukungan yang dibutuhkan. “Mengambil langkah proaktif untuk mengatasi tantangan dapat menghasilkan kehidupan keluarga yang lebih sehat dan lebih memuaskan,” kata Oreck.

Dengan komunikasi yang baik, perawatan diri, dan dukungan yang tepat, Anda bisa menjaga hubungan tetap harmonis meski menjalani peran sebagai orangtua. (Z-3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *