Kabinet Kurawa

Kabinet Kurawa


Kabinet Kurawa
Ono Sarwono Penyuka wayangono(MI/Ebet)

SETELAH menobatkan Duryudana menjadi Raja Astina, Drestarastra ikut menyusun Kabinet Kurawa. Orang yang diseleksi dan dipilih masuk kabinet ialah para pakar di bidang mereka masing-masing. Tujuannya agar Astina semakin makmur dan bermartabat.

Drestarastra paham putra pembayun itu sesungguhnya tidak memenuhi kualifikasi menjadi pemimpin. Namun, pikirnya, tak ada pilihan lain setelah keponakannya, Pandawa, sebagai ahli waris dikabarkan mati dalam Tragedi Bale Sigala-gala.

Dengan pertimbangan SDM lemah, Drestarastra terpanggil menentukan para tokoh sebagai pembantu Duryudana dalam menjalankan pemerintahan. Tidak diserahkan sepenuhnya karena dikhawatirkan salah memilih sehingga membahayakan negara.

Sejak lahir, Drestarastra buta mata, tetapi tidak buta hati dan nurani. Kecerdasan batinnya bisa melihat mereka yang benar-benar memenuhi syarat sebagai menteri, yaitu para profesional di bidang mereka. Kabinet yang diinginkan kabinet bisnis.

Tokoh-tokoh hebat

Alkisah, Drestarastra benar-benar terpukul mendengar kabar Pandawa dan Kunti, ibunya, mati terbakar di Bale Sigala-gala. Peristiwa itu terjadi pada malam menjelang penyerahan kekuasaan kedaulatan Astina kepada Pandawa sebagai ahli waris.

Ternyata kabar yang disampaikan Sengkuni itu tidak benar. Padahal, dirinya, yang dititipi takhta oleh mendiang Prabu Pandu Dewanata (ayah Pandawa), telanjur mengangkat anak sendiri, Jaka Pitana, sebagai raja baru bergelar Prabu Duryudana.

Pandawa menolak ajakan Drestarastra agar kembali pulang ke istana. Puntadewa dan empat adiknya merasa terancam jiwanya. Mereka sudah tahu tabiat Kurawa yang bernafsu berkuasa setelah aksi pembunuhan yang gagal di Bale Sigala-gala.

Setelah hidup dalam pengasingan sekian lama, Pandawa akhirnya mendirikan tempat tinggal sendiri di belantara Wanamarta yang masih dalam wilayah Astina. Tempat tersebut kemudian berkembang menjadi negara Amarta alias Indraprasta.

Bagaimanapun, Drestarastra bertanggung jawab dengan kelangsungan kedaulatan Astina yang dipimpin Duryudana. Oleh karena itu, dipilihkan para pepunden dan tokoh yang dinilai bisa membantu sehingga negara tetap terus bergerak maju.

Resi Bhisma didapuk sebagai penasihat utama raja. Tokoh sepuh itu sebenarnya ahli waris sejati takhta Astina, tetapi telah bersumpah tidak ingin menjadi raja dan tidak menikah (wadat). Bhisma, nama kecilnya Dewabrata, tinggal di Talkanda.

Bambang Kumbayana yang kondang bernama Durna diberi amanat dalam bidang keprajuritan. Tokoh yang juga menguasai ilmu strategi perang itu dibangunkan tempat tinggal di Sokalima yang sekaligus dijadikan sebagai enviornment pendidikan.

Di sisi lain, Durna juga merangkap sebagai spiritualis atau ‘ulama’ yang memberi wejangan dan ajaran keutamaan hidup. Latar belakangnya memang seorang santri di Padepokan Atasangin yang dipimpin oleh bapaknya sendiri, Resi Baratwaja.

Di bidang pertahanan, Duryudana dengan seizin Drestarastra mengangkat Karna Basusena sebagai panglima angkatan bersenjata. Tugasnya menjaga keutuhan dan membentengi negara dari segala bentuk gangguan, baik dari dalam maupun luar.

Dipilihnya anak kusir istana bernama Adirata itu karena hubungan keduanya sudah terjalin lama. Duryudana mengagumi keahlian Karna dalam menjemparing yang dinilai lebih baik daripada Arjuna. Apalagi memiliki panah sakti Kuntawijayadanu.

Karna bersaudara kandung dengan Pandawa, tapi lain ayah. Putra Kunti itu ‘benih’ Bathara Surya. Adapun Pandawa, yaitu Puntadewa, Werkudara, dan Arjuna, buah hati Kunti dengan Pandu. Sementara itu, Nakula dan Sadewa putra kembar Madrim.

Menurut Duryudana, Karna bisa diandalkan, terutama dalam Bharatayuda melawan Pandawa, kelak. Perang yang sebenarnya rahasia dewa, tapi sudah bocor ke mana-mana dan menjadi isu kepublikan. Bagi Kurawa, Pandawa ialah ancaman kekuasaannya.

Selain mereka, Duryudana masih memiliki paranpara yang memiliki kemampuan dalam segala bidang, yaitu Raja Negara Mandaraka Prabu Salya. Tokoh sakti yang memiliki aji candabirawa itu kebetulan mertuanya sendiri, ayah Banowati.

Salya amat sayang kepada menantu yang sangat hormat kepada dirinya. Selain itu, kasih sayangnya itu mungkin juga karena Duryudana tidak menduakan cintanya kepada Banowati. Tidak seperti penguasa lain, sulung Kurawa itu beristri satu.

Selain tokoh-tokoh hebat tersebut, Duryudana menempatkan beberapa adik yang dianggap sevisi dan setia di berbagai pos strategis. Dursasana, misalnya, diberi perintah mengelola wilayah Banjarjunut. Kemudian Kartamarma di Tirtatinalang.

Adik iparnya, Jayajrata atau Tirtanata, diberi jabatan sebagai panglima daerah yang diberi tugas membina pasukan komando di Sindureja. Pasukan itu nanti dipersiapkan untuk diterjunkan ke medan Kurusertra jika Perang Bharatayuda tiba saatnya.

Di luar kabinet, Duryudana memiliki penasihat independen hebat, Raja Mandura Prabu Baladewa. Tokoh kaya pengalaman dalam pemerintahan dan peperangan. Baladewa-lah yang melatih Duryudana sehingga pintar menggunakan senjata gada.

Dengan kabinet yang beranggotakan orang-orang yang ahli di bidang mereka masing-masing, itu menjadi jaminan negara bakal cepat mencapai kejayaan. Pembangunan di segala bidang akan berjalan lancar sehingga rakyat akan semakin sejahtera.

Kurawa lenyap

Namun, harapan tersebut bak menggantang asap. Kenapa? Duryudana tidak pernah mengindahkan para ‘menterinya’ tersebut. Ia hanya mendengarkan Patih Sengkuni. Setiap kebijakan dan keputusan selalu berdasar dari omongan pamannya itu.

Duryudana mengabaikan program pembangunan. Fokus pemerintahan hanyalah bagaimana membunuh Pandawa yang dianggap ‘duri’ kekuasaannya. Namun, meski sudah menghabiskan anggaran negara, upaya keji Kurawa tak membuahkan hasil.

Kesimpulannya, Duryudana menyia-nyiakan para tokoh hebat di sekelilingnya. Rakyat akhirnya tidak mendukung karena merasa diabaikan. Warga kemudian berbondong-bondong pindah kewarganegaraan ke Amarta yang dipimpin Pandawa.

Akhirnya, Astina di bawah pemerintahan Duryudana terpuruk. Resesi ekonomi tak terhindarkan dan puncaknya terjadi pergantian kekuasaan sekaligus jadi panggung lenyapnya rezim Kurawa. Perang Bharatayuda menjadi pemungkasnya. (M-3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *