Foodpreneurs Scale-Up Discussion board 2024 Dorong UMKM Kuliner Naik Kelas
FOODPRENEURS Scale-Up Discussion board 2024 with BRI yang diselenggarakan oleh Idepreneurs Membership berhasil menjadi ajang bagi para pebisnis kuliner untuk memetik inspirasi dari para inspirator muda.
Terlebih, dalam generation persaingan bisnis yang semakin ketat, keberhasilan pelaku usaha seringkali ditentukan oleh kemampuan mereka untuk beradaptasi, berinovasi, dan menghadapi tantangan dengan keberanian agar bisa membawa bisnis kuliner naik kelas.
Ketua Panitia Foodpreneurs Scale-Up Discussion board 2024 with BRI Johannes Leonardo menyampaikan, acara tersebut merupakan wadah pembelajaran yang tidak hanya menyajikan kisah sukses, tetapi juga strategi nyata untuk mengatasi tantangan dalam industri kuliner.
“Discussion board ini kami buat untuk mendorong para pelaku usaha kuliner agar bisa belajar langsung dari praktisi yang sudah berpengalaman. Kami berharap peserta bisa memahami strategi-strategi jitu untuk memperkuat fondasi bisnis mereka agar siap untuk peningkatan skala,” ujar Johannes dalam keterangan resminya, Kamis (30/10).
Dalam kesempatan itu, hadir pula CEO Pisang Madu Pasti Rio Saputra, Founder Burgreens dan Inexperienced Riot Helga Angelina, serta CEO City Wagyu Arga Pratama yang ikut berbagi kisah perjalanan inspiratif mereka.
“Kami menghadirkan sosok-sosok seperti Rio Saputra, Helga Angelina, Arga Pratama, Nova Dewi, dan Mario Dalimartha, karena perjalanan mereka membuktikan bisnis kuliner yang dimulai dari skala kecil pun bisa berkembang besar dengan fondasi yang kuat,” tambahnya.
Tidak hanya dari pelaku usaha kuliner, di acara ini ada pula sesi informatif dari perusahaan industri pendukung seperti BRI, Paper.identification, dan YUKK Fee Gateway yang membuka mata para peserta bahwa kecepatan pertumbuhan usaha kuliner tidak hanya sekadar memiliki resep makanan yang enak, tapi juga terkait strategi manajemen bisnis berbasis teknologi yang tepat guna.
Di tengah maraknya bisnis kuliner di Indonesia, Pisang Madu Pasti hadir sebagai contoh inspiratif dari bisnis sederhana yang tumbuh pesat dan membawa merek lokal ke stage yang lebih tinggi. Kerja keras, merek yang tepat, dan inovasi tanpa henti adalah kunci utama untuk naik kelas.
Berawal dari gerobak kecil di Gading Serpong, kini Pisang Madu Pasti telah memiliki puluhan saluran keluar yang tersebar di wilayah Jabodetabek.
Dalam discussion board tersebut, Rio membagikan cerita ketekunan dalam melakukan riset dan eksperimen adalah kunci menemukan components yang pas untuk produknya. Dengan merek yang kuat, Pisang Madu Pasti mendapatkan banyak perhatian dari tokoh masyarakat sehingga promosi dapat berjalan dengan lebih efisien.
Hingga kini, Pisang Madu Pasti berhasil tumbuh menjadi 40 outlet di Jabodetabek. Tanpa perlu membuka waralabaRio lebih bisa menjaga kualitas produk dan kontrol penuh terhadap operasional.
Kisah Rio menjadi bukti bahwa kesuksesan bukan hanya soal kecepatan ekspansi, melainkan bagaimana membangun fondasi yang kuat agar bisnis bisa naik kelas.
Berbeda dengan Rio, Helga Angelina membangun Burgreens dan Inexperienced Riot dengan visi mengubah pola hidup sehat menjadi bisnis yang berkelanjutan. Setelah merasakan manfaat dari pola makan berbasis tanaman, Helga tergerak untuk mendirikan Burgreens bersama suaminya.
Dengan modal terbatas, mereka membuka gerai pertama di Rempoa yang kemudian mendapat sambutan positif dari komunitas hidup sehat. Helga membagikan titik balik dalam pengembangan Burgreens terjadi ketika mereka mendapatkan dukungan dari seorang investor yang memungkinkan ekspansi ke mal-mal besar.
Selain itu, pandemi juga mendorong mereka meluncurkan Inexperienced Riot, merek FMCG yang menyediakan protein berbasis tanaman.
“Kami ingin berkontribusi dengan menjadi pemasok protein berbasis tanaman untuk membantu restoran-restoran lain berinovasi dengan menu sehat,” ungkap Helga.
Saat ini, Inexperienced Riot telah merambah pasar internasional dan menjadi inspirasi bagi bisnis kuliner lainnya untuk mengadopsi prinsip keberlanjutan.
Kisah Arga Pratama dengan City Wagyu bermula dari kondisi finansial yang sulit setelah bisnis fesyennya gagal. Tak menyerah, Arga beralih ke bisnis kuliner dan memulai daging wagyu top class, City Wagyu sebagai bisnis steak wagyu berbasis on-line.
“Kami melihat ada peluang untuk menawarkan pengalaman bersantap eksklusif dengan menu wagyu yang berbeda,” ungkap Arga.
Foodpreneur Scaleup Discussion board 2024 juga menghadirkan dua pembicara lainnya, yakni Mario Dalimartha yang merupakan CEO Seporsi Mie Kari dan Kembang Bawang serta CEO Suwe Ora Jamu Nova Dewi.
Dalam dunia kuliner yang semakin kompetitif, keduanya berhasil meraih kesuksesan dengan memodifikasi makanan tradisional menjadi lebih trendy dan relevan bagi generasi muda. Dari makanan sederhana dengan kenangan masa kecil hingga jamu tradisional yang dikemas trendy, Mario dan Nova berhasil menemukan benang merah antara cita rasa masa lalu dan ekspektasi pasar saat ini. (E-2)