Direktur Utama BRI Sebut Financial institution Emas Pegadaian Jadi Sumber Pertumbuhan Baru

Direktur Utama BriSunarso, menilai bahwa pembentukan layanan Bukan bank yang telah diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (26/02) sebagai langkah strategis yang akan berdampak positif bagi likuiditas pembangunan di Indonesia. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya menguntungkan korporasi tetapi juga masyarakat luas.
"Ya bagus dong, itu kan sumber pertumbuhan baru. Bagi BRI, kenapa BRI kekhawatiran Formasi yang sama layanan bullion ini? Karena apa? Kita kan sudah membentuk memegang ultramikro. Kita sudah mendukung untuk ekonomi kerakyatan," ujar Sunarso.
Sunarso menambahkan bahwa pelaku emas di Indonesia tidak hanya berasal dari korporasi besar, tetapi juga masyarakat kecil. Mereka perlu difasilitasi agar dapat mengelola emasnya dalam sistem keuangan formal.
Dengan adanya Bullion banklanjut Sunarso, masyarakat kini memiliki berbagai pilihan layanan terkait emas.
“Masyarakat bisa menabung emasnya dengan setor Rupiah, dapat saldonya nanti dalam gram. Bisa juga setor emas dalam gram, saldonya tetap dalam gram," kata Sunarso.
Selain itu, Bullion financial institution juga memungkinkan masyarakat untuk memperoleh pembiayaan berbasis emas. "Kalau punya emas, bisa dititipkan. Kalau yang butuh emas, bisa kredit emas. Nanti mengembalikannya juga dalam bentuk emas," imbuh Sunarso.
Menurut Sunarso, keberadaan Financial institution Emas memberikan dampak positif untuk memonetisasi potensi emas yang selama ini belum masuk ke sistem keuangan formal. Dengan begitu, emas yang sebelumnya hanya disimpan secara pribadi dapat dioptimalkan untuk meningkatkan likuiditas dalam perekonomian nasional.
“Itu kalau kita monetisasi, menjadi sumber likuiditas pembangunan. Dan bagi BRI, ini adalah sumber pertumbuhan baru," ujar Sunarso.
Selain layanan utama seperti tabungan, deposito, dan kredit emas, Sunarso juga membuka peluang pengembangan produk turunan atau derivatif emas.
"Kalau emas ini disekuritisasi, maka itu akan menjadi likuid. Ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
BRI turut memfasilitasi transaksi dalam ekosistem Bullion financial institution, baik secara langsung maupun melalui anak usahanya, Pegadaian.
“Lewat BRI langsung enggak? Ada yang lewat BRI langsung karena kan kita fasilitasi dengan BRImo transaksinya. Tapi kemudian kan lewat Pegadaian. Di Pegadaian nanti yang akan punya potensi pertumbuhan, dan itu nanti akan mendukung pertumbuhannya BRI," ujarnya.
Dengan layanan bullion financial institution ini, Sunarso optimistis sektor keuangan nasional dapat lebih berkembang, sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses layanan berbasis emas.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara RI, Erick Thohir, juga mengatakan bahwa pemerintah ingin mengajak masyarakat agar menggunakan layanan Financial institution Emas, karena saat ini terdapat 1.800 ton emas yang dimiliki masyarakat dan berada di luar sistem keuangan formal.
“Ada yang di bawah bantal, ada di bathroom, di balik batu bata, dimasukin dalam situs. Ini realitas,” ujar Erick.