Hamas Hanya Akan Bebaskan Sandera AS-Israel Jika Gencatan Senjata Dilaksanakan



Konferensi pers pembebasan sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas di di Rafah, Jalur Gaza selatan, Sabtu (22/2/2/2025). Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP

Hamas menegaskan hanya akan membebaskan seorang sandera Amerika-Israel dan jenazah empat lainnya jika Israel menyepakati gencatan senjata.

Pernyataan itu muncul usai sembilan orang Palestina termasuk tiga jurnalis lokal tewas, dalam serangan udara Israel di Beit Lahiya, utara Gaza, Minggu (16/3).

Klaim Hamas dan Sikap Israel

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan, pembicaraan fase kedua gencatan senjata harus dimulai pada hari pembebasan dan berlangsung tidak lebih dari 50 hari.

Hamas juga menuntut Israel mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan menarik pasukan dari koridor strategis di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Seorang anggota militer Israel mengatur bendera Israel saat kendaraan lapis baja diatur dalam formasi, di tengah permusuhan lintas batas antara Hizbullah dan Israel, di Israel utara, Senin (30/9/2024). Foto: Gil Eliyahu/REUTERS

Israel menolak menarik pasukannya, dengan alasan perlu mencegah penyelundupan senjata. Selain itu, Hamas juga meminta pembebasan lebih banyak tahanan Palestina sebagai imbalan sandera.

Warga negara AS-Israel, Edan Alexander, 21 tahun, termasuk dalam daftar sandera yang masih hidup. Ia diculik dari pangkalan militernya dalam serangan Hamas. Dari general 59 sandera yang masih ditahan Hamas, 35 di antaranya diyakini telah tewas.

Di Tel Aviv, keluarga para sandera menggelar aksi protes, menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengabaikan mereka.

“Anda ingin mengorbankan anak-anak kami demi kekuasaan,” kata Itzik Horn, ayah dari dua sandera, seperti diberitakan Ap.

Netanyahu, pada Sabtu malam (15/3), memerintahkan tim negosiator untuk menyiapkan pembicaraan lanjutan.

Serangan Udara Israel dan Pelanggaran

Asap mengepul saat bangunan-bangunan yang hancur di Beit Hanoun di Jalur Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Israel selatan, Selasa (7/1/2025). Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS

Di tengah negosiasi, dua serangan udara Israel di Beit Lahiya menewaskan sedikitnya sembilan orang.

Militer Israel menyebut mereka sebagai militan, namun kelompok bantuan asal Inggris, Al Khair Basis, mengatakan delapan dari mereka adalah pekerja kemanusiaan.

Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina melaporkan bahwa tiga dari korban adalah jurnalis yang sedang meliput distribusi bantuan. Salah satunya, Mahmoud Islim, mengoperasikan drone.

Militer Israel mengeklaim menargetkan dua orang yang mengoperasikan drone yang dianggap mengancam pasukan. Serangan lain menghantam kelompok yang berusaha mengambil peralatan drone.

Hamas menyebut serangan ini sebagai “eskalasi serius” yang bertujuan menggagalkan upaya gencatan senjata.

Sejak dua minggu lalu, Israel melarang pengiriman makanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya ke Gaza. Kota Rafah kini kehabisan bahan bakar untuk memompa air bersih.

“Kami terpaksa menghentikan layanan penting, yang mengancam nyawa ribuan orang,” kata Ahmed al-Sufi, kepala kotamadya Rafah.

Perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sebagian besar wilayah hancur, dan hampir seluruh penduduk bergantung pada bantuan internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *