Kenali Dampak Kerja Virtual bagi Pekerja

Kenali Dampak Kerja Digital bagi Pekerja


Kenali Dampak Kerja Virtual bagi Pekerja
Ilustrasi(AFP)

TREN kerja digital (far flung operating) atau kerja dari rumah (bekerja dari rumah) telah menjadi fenomena yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini kian berkembang setelah pandemi COVID-19 memukul

Sebelum pandemi covid-19, kerja digital hanyalah sebuah fasilitas tambahan. Namun saat ini banyak perusahaan mau tidak mau mengadopsi sejumlah teknologi yang memfasilitasi karyawannya untuk bisa bekerja secara jarak jauh.

Mode kerja digital sedianya mendatangkan banyak manfaat termasuk fleksibilitas waktu, penghematan biaya operasional, dan peningkatan produktifitas. Namun dibalik manfaat tersebut, fashion kerja ini juga tak lepas dari sejumlah tantangan mulai dari kesenjangan akses teknologi, masalah komunikasi dan kolaborasi hingga kesehatan psychological. Selain mampu mengaplikasikannya, para pekerja saat ini juga harus dituntut bijak menggunakan teknologi.

Baca juga: SD-WAN Solusi Keamanan Siber Bisnis di Masa Pandemi Covid-19

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengembangan skil serta bijak dalam berkegiatan virtual, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar Obral Obrol Literasi Ditigal (OOTD) bertajuk Tren Kerja Digital (Far flung Workoing).

Manfaat tren ini dapat dirasakan oleh dua pihak, baik karyawan maupun perusahaan. Di sisi karyawan, mereka dapat kerja di mana saja, tidak harus pergi ke kantor, dan membuang banyak waktu di perjalanan. Selain itu seorang karyawan juga dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga.

“Untuk operating mother dia bisa bekerja sambil mengurus anak,” ujar Noor Laily Alviani, Supervisor Flickers Indonesia yang merupakan salah seorang pembicara.

Baca juga: Hari ke-38 PSBB, 4.015 Perusahaan di DKI WFH

Yang sangat terasa dalam tren kerja ini adalah pekerjaan dan kehidupan dapat berjalan seimbang.

Sedangkan manfaat dari sisi perusahaan di antaranya dapat menghemat biaya operasional. Pasalnya perusahaan saat ini bisa saja tidak perlu menyediakan kantor untuk mencakup semua orang. Selain itu perusahaan juga dapat merekrut karyawan dari mana saja baik dari luar kota, maupun luar negeri.

“Perusahaan jadi dapat lebih banyak melirik potensi-portensi sumber daya manusia tanpa harus terhalang faktor geologis,” jelas Noor.

Baca juga: Bertambah, Kini 1.373 Perusahaan di Jakarta Hentikan Operasional

Namun, waktu yang fleksibel juga dapat berdampak buruk bagi pekerja yang terlena atas kenyamanan pola kerja jarak jauh. Para pekerja kerap lupa untuk membedakan waktu sebagai pekerja dan saat-saat menjalani hidup sebagai masyarakat biasa. Hal ini tentunya berpengaruh dengan kualitas kerja seseorang.

Ketika pekerjaan dilakukan dari rumah, seseorang bisa saja sulit untuk menjaga pemisahan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan penurunan produktivitas.

“Untuk dapat membedakan kita harus dapat membuat jadwal sendiri kapan kita harus bekerja, kapan kita menjadi masyarakat biasa,” ujar Konten Kreator, Nur Eliana Rosyadah yang juga jadi pembicara dalam webinar yang diadakan Kominfo tersebut.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh WHO. Mereka menyebut para pekerja jarak jauh atau dari rumah di seluruh dunia akan mengalami rasa lelah, secara fisik dan psikis. Menurutnya, fashion kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan. Ini terjadi bila perusahaan dan karyawan tidak secara kolektif mengelola cara kerja jarak jauh. (Z-11)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *